Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. akan tetap fokus pada pembiayaan segmen UMKM, khususnya di segmen mikro dan ultra mikro yang saat ini banyak dimanfaatkan oleh rentenir.
Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan Indonesia memiliki 57 juta pelaku UMKM, dan baru 15 juta saja yang mampu dilayani oleh pelaku jasa keuangan formal seperti bank, gadai, pinjaman kelompok, BPR dan teknologi finansial atau fintech.
Di luar itu, diperkirakan ada 5 juta pelaku UMKM masih terjebak oleh pinjaman rentenir dengan beban pinjaman yang sangat memberatkan.
"BRI fokusnya adalah menggarap pelaku UMKM yang belum mendapat akses keuangan dulu. Namun, pelaku UMKM yang diberi pinjaman oleh rentenir ini akan kami tarik pelan-pelan. Kami pun berharap rentenir ini bisa kami beri pekerjaan yang lebih layak sebagai agen," sebutnya dalam rapat bersama Komisi XI DPR, dikutip Rabu (3/2/2021).
Adapun, dia menyampaikan salah satu rencana yang akan memuluskan upaya tersebut adalah pembentukan holding ultra mikro yang dapat membuat bunga pinjaman PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dan PT Pegadaian (Persero) lebih rendah.
Dia mengatakan suku bunga pinjaman bisa diturunkan dengan dua cara. Pertama, PNM dan Pegadaian mendapatkan kelebihan likuiditas dari BRI. Rata-rata setiap hari BRI memiliki secondary reserve Rp150 triliun yang ditempatkan di money market dengan yield 3 persen.
"Sedangkan Pegadaian dan PNM, itu sumber pendanaan dari loan instrument masih di atas 5 persen. Jadi, kalau bisa mendapatkan pendanaan dari BRI secara langsung," katanya.
Cara kedua yaitu Pegadaian dan PNM menerbitkan instrumen pendanaan dengan bunga yang lebih rendah karena dijamin oleh BRI.
Dengan demikian, pembentukan holding ultra mikro akan mengefisienkan cost of fund yang akan berdampak kepada bunga pinjaman nasabah. Di samping itu, average cost lebih efisien karena jaringan yang dapat digunakan bersama.
Sunarso mengatakan penurunan suku bunga yang bisa ditransferkan kepada masyarakat memang tidak besar. Dia menyebut suku bunga pinjaman PNM bisa turun 3 persen, sedangkan Pegadaian sekitar 1,5 persen.
"Tapi kalau dibandingkan dengan eksisting, mereka ambil dari rentenir pagi 4 sore dibaliki 6, kemudian kalau dihitung per tahun suku bunganya bisa 100 persen sampai 500 persen. Dari survei kami, pembiayaan dari yang formal pun lebih tinggi," imbuhnya.
Menurutnya, ekosistem ultra mikro ini tidak akan menjadi pesaing BPR atau lembaga keuangan lainnya. Pembentukan holding tersebut akan menyasar usaha ultra mikro yang belum mendapatkan akses pembiayaan formal.