Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Sekadar Cuan, Investasi ke P2P Lending juga Bisa Bawa Dampak Sosial

Kini sudah banyak pilihan platform P2P resmi yang bisa dipilih masyaraka dan bisa mulai dengan nilai investasi yang kecil.
Juru Bicara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andi Taufan Garuda Putra. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Juru Bicara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andi Taufan Garuda Putra. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Manfaat menjadi pendana atau lender di platform peer-to-peer (P2P) lending lebih besar dari sekadar sanggup memberikan keuntungan materiel.

Hal ini diungkap Juru Bicara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Andi Taufan Garuda Putra menanggapi tumbuh pesatnya jumlah dan nilai lender ritel industri P2P lending sepanjang 2020.

"Lender retail P2P itu biasanya karena dua hal. Pertama, dia memang mau empower sektor riil atau UMKM, atau punya niat bahwa uangnya itu mau langsung turun ke masyarakat. Selain itu, karena hal teknis, seperti lebih mudah, keuntungannya bisa diprediksi atau tidak fluktuatif, dan risiko terukur," ujarnya dalam diskusi virtual bersama Bisnis, Selasa (2/3/2021).

Sekadar informasi, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah lender industri P2P lending hingga akhir 2020 tercatat bertambah ke angka 716.963 entitas, atau naik 18,32 persen (year-on-year/yoy).

Jumlah lender ritel atau perorangan jelas mendominasi hingga 99,13 persen, sisanya lender institusi atau akrab disapa super lender. Segmen usia terbesar lender ritel ada di kisaran 19-34 tahun (66,38 persen), disusul 35-54 tahun (29,13 persen).

Adapun transaksi dari para lender tersebut naik 126,1 persen (yoy) mencapai 136,6 juta satuan akun, dengan nilai transaksi tersalurkan mencapai Rp155,9 triliun, sejak industri resmi berdiri hingga Desember 2020.

Taufan meyakini ke depan lebih banyak lagi masyarakat yang mau bergabung menjadi lender di industri P2P, sementata para lender eksisting pun bisa semakin nyaman menitipkan dananya untuk disalurkan ke para peminjam (borrower) platform P2P.

Pasalnya, AFPI dan OJK pun terus berbenah, membuat industri semakin sehat lewat pembaruan aturan main. Antara lain agar para platform bisa menjaga kondisi kesehatan bisnisnya, dan mendongkrak nilai lebih untuk lebih berperan kepada penyaluran pinjaman sektor produktif dan ekonomi luar Jawa.

Taufan pun mengajak masyarakat untuk mencoba beberapa platform resmi berizin OJK atau telah menjadi keluarga besar P2P anggota AFPI, menilik kini sudah banyak pilihan platform resmi yang bisa dipilih masyarakat, bisa mulai dengan nilai investasi yang kecil, dan bisa disesuaikan dengan 'passion' target lender untuk mendanai di usaha seperti apa.

"Misalnya, ada platform yang fokus mendanai industri kreatif, pelaku sektor pertanian, ada yang fokus ke industri menengah yang sudah supporting BUMN atau perusahaan besar, ada pula yang benar-benar untuk usaha mikro dan pedagang kecil sampai pedagang pulsa, dan ada pula yang khusus buat  pelaku usaha perempuan. Jadi, bisa sesuai dengan keinginan lender selaku investor," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper