Bisnis.com, JAKARTA - Ruang penurunan suku bunga acuan diperkirakan semakin terbatas di semester I/2021. Tingkat suku bunga acuan yang saat ini sebesar 3,5 persen diperkirakan akan menjadi level yang terendah sepanjang masa.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah masih akan menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kebijakan moneter.
Apalagi, kondisi global masih menunjukkan adanya ketidakpastian yang tinggi, terutama dikarenakan meningkatnya imbal hasil US Treasury, tercermin dari rupiah yang sempat mengalami tekanan pada awal 2021.
Dia menjelaskan ketika imbal hasil US Treasury meningkat, sementara imbal hasil di dalam negeri relatif rendah yang dipicu oleh penurunan suku bunga acuan, sehingga akan menyebabkan selisih atau spread yang melebar.
“Nampaknya itu tidak cukup menutup risiko investasi dalam negeri, sehingga mendorong keluarnya investasi asing, khususnya portofolio,” ujar Piter dalam webinar CORE Media Discussion Quarterly Review 2021, Selasa (27/4/2021).
Oleh karena itu, dia memperkirakan level suku bunga acuan 3,5 saat ini sudah merupakan level terendah. Ke depan pun, bank sentral di dunia kan mulai melakukan normalisasi seiring dengan membaiknya perekonomian global.
Baca Juga
“Di 2021 saya perkiraan BI semakin tidak punya ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. 3,5 persen akan menjadi level terendah suku bunga acuan,” ujarnya.
Dia menambahkan, jika bank sentral melakukan normalisasi atau tappering off ke depan, maka akan menimbulkan tekanan pada rupiah, sehingga BI harus merespon dengan menaikkan suku bunga acuan.
“Ke depan saya perkiraan suku bunga akan cenderung tetap dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional,” tuturnya.