Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk. yang kini bernama PT Bank Aladin Syariah Tbk., akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada hari ini, Jumat (28/5/2021) pukul 14.00 WIB di Jakarta.
Rapat akan membahas persetujuan untuk penambahan modal dengan cara menerbitkan saham baru dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.
Bank Aladin berencana melakukan penambahan modal lewat rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per lembar saham. Perolehan dana dari rights issue akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan.
Regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mensyaratkan modal inti minimum bank umum Rp2 triliun pada akhir 2021. Per 31 Maret 2021, Bank Aladin memiliki modal inti utama sebesar Rp1,15 triliun. Artinya, perseroan masih membutuhkan tambahan Rp850 miliar untuk memenuhi ketentuan tersebut.
Dengan dilaksanakannya penambahan modal melalui HMETD, maka pemegang saham yang tidak menggunakan HMETD akan terkena dilusi atas presentase kepemilikan saham dalam perseroan sebanyak-banyaknya sebesar 13,16 persen apabila seluruh HMETD yang diterbitkan perseroan terlaksana oleh pemegang HMETD yang berhak.
Rencana rights issue itu pada awalnya akan dimintakan persetujuan pada RUPSLB yang digelar pada 7 April 2021. Namun, urung dilaksanakan karena perseroan belum memenuhi ketentuan POJK 32/2015, yaitu kewajiban penyampaian keterbukaan informasi karena masih dalam proses pembahasan internal manajemen.
Langkah penambahan modal ini menarik investor masuk ke BANK. Dalam penjelasan kepada Bursa pada 21 April 2021, Head of Corporate Secretary Bank Net Syariah Ali Akbar Hutasuhut menyampaikan perseroan berencana melakukan penambahan modal dan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa mitra strategis untuk mengembangkan bisnis.
"Saat ini perseroan berencana akan melakukan penambahan modal dengan menerbitkan saham baru dan saat ini perseroan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis untuk mengembangkan bisnis perseroan," tulisnya dalam keterbukaan informasi di BEI.
Beberapa nama dikabarkan mengincar Bank Aladin salah satunya Grab. Dugaan tersebut diperkuat dengan pengalihan beberapa mantan pejabat OVO menjadi direksi Bank Aladin.
RUPSLB perseroan pada 7 April 2021 menyetujui pengangkatan 4 anggota direksi dan 1 presiden komisaris baru. Dari lima pejabat baru tersebut, tiga di antaranya pernah berkarir di PT Visionet Internasional, pemilik brand OVO.
Bank Net Syariah/banknetsyariah.co.id
Selain Grab, Sea Group dikabarkan akan menjadi pemegang saham melalui aksi korporasi ini. Sea dikabarkan sedang mengincar Bank Aladin untuk menjadi mitra online bagi anak perusahaannya, Shopee.
Terkait kabar itu, pada 28 April 2021, Bank Aladin memberikan penjelasan kepada Bursa bahwa perseroan dalam tahap penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis, salah satunya dengan Shopee.
"Saat ini perseroan dalam tahap penjajakan dengan beberapa calon mitra strategis, salah satunya dengan Shopee. Selain itu, pada saat ini Perseroan belum memiliki informasi lainnya yang dapat disampaikan untuk keterbukaan informasi," tulis manajemen dalam penjelasannya.
Namun, pernyataan itu dibantah oleh pihak Sea Group, selaku induk Shopee. Setelah dikonfirmasi, baik Shopee maupun Sea Group menyatakan tidak sedang mengadakan atau melakukan diskusi apa pun terkait kerja sama strategis dengan bank tersebut.
Bisnis mencoba meminta tanggapan kepada Bank Aladin mengenai bantahan dari pihak Sea Group. Namun, Presiden Komisaris Bank Aladin Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa menyatakan belum bisa memberikan keterangan. "Masih belum bisa confirmed," ujarnya singkat pada 3 Mei 2021.
Perusahaan pengelola gerai retail Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), juga dikabarkan tertarik mengakuisisi Bank Aladin. Presiden Direktur Alfamart Anggara Hans Prawira mengatakan terkait Bank Aladin, perseroan memang ada rencana bermitra dengan bank tersebut seperti kerjas ama umum dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
"Banyak hal yang dapat dikerja samakan oleh perseroan dengan Bank Aladin maupun perusahaan fintech lain dari segi pembayaran dan pendanaan, namun bukan berarti bentuk penyertaan modal," terang dikutip dari laporan public expose AMRT pada 6 Mei 2021.
Jadi, siapa investor baru yang akan masuk ke Bank Aladin lewat aksi korporasi tersebut?