Bisnis.com, JAKARTA - PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM) masih berupaya memaksimalkan pendapatan premi dari captive market, terutama dari anggota grup PT Pertamina (Persero).
Direktur Utama AJTM Hanindio W. Hadi mengungkap bahwa persentase perolehan premi dari captive market memang mendominasi hingga 80 persen.
Namun demikian, sebagai perusahaan yang dimiliki Dana Pensiun Pertamina (71,39 persen), PT Timah Tbk. (27,83 persen), dan Kementerian Keuangan RI (0,78 persen), AJTM baru bisa menggarap 15-20 persen potensi premi dari grup Pertamina.
"Jadi sembari kami menunggu dukungan penuh dari dari Grup Pertamina dan klien lainnya yang kebanyakan berasal dari bisnis energi, kami juga mempersiapkan diri untuk terus memperbaiki kualitas. Fokus kami dari sisi people, process, dan product," jelasnya, Jumat (11/6/2021).
Sepanjang 2020, AJTM sendiri telah gencar meningkatkan kualitas dengan menyetop produk unit-link & saving plan, serta 'bersih-bersih' aset investasi berisiko tinggi atau rebalancing.
Adapun, untuk memperlebar jangkauan di pasar non-captive, Hanindio menjelaskan bahwa salah satu strategi yang telah digelar, yakni mengoptimalkan produk-produk dengan tingkat profitabilitas tinggi dan mencoba mengembangkan beberapa produk baru untuk ditawarkan ke masyarakat.
Direktur Asuransi Jiwa Tugu Mandiri Haris Anwar menjelaskan lebih lanjut bahwa sepanjang 2020 laba bersih perusahaan meningkat 119 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp18,39 miliar, kendati premi turun 16 persen (yoy) menjadi Rp458,96 miliar.
Haris menjelaskan bahwa penurunan premi ini merupakan dampak dari dua produk yang dihentikan. Oleh sebab itu, periode 2021 ini AJTM akan segera mempercepat langkah perluasan pangsa pasar demi mendongkrak kinerja.
"Apabila 2021 ini kami targetkan premi mencapai Rp558 miliar, berfokus pada pasar-pasar yang memang kami kuasai dan pahami karakteristiknya dan produk baru yang memang sesuai dengan kebutuhan pasar," jelasnya.
Sementara itu, beban klaim & manfaat turun 23 persen (yoy) ke Rp313,11 miliar. Hasil underwriting AJTM mengalami perbaikan dari minus Rp11,69 miliar ke Rp97,48 miliar.
Total aset masih naik 15 persen (yoy) ke Rp1,95 triliun. Namun, dari penempatan investasi yang naik 11 persen (yoy) ke Rp1,66 triliun, hasil investasi turun 63 persen menjadi Rp44,97 miliar.
"Sepanjang 2020 kemarin memang fokus kami rebalancing aset investasi dari yang tadinya berisiko tinggi ke aset-aset investasi yang risikonya lebih rendah. Harapannya, walaupun hasil investasi secara nilai memang menurun, tapi kualitas aset yang kami miliki membaik," tambahnya.
Adapun, berdasarkan indikator kinerja keuangan, risk based capital (RBC) mencapai perbaikan ke 256,77 persen, rasio kecukupan investasi (RKI) 111 persen, return on asset (ROA) 0,94 persen, dan return on equity (ROE) 5,58 persen.