Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taper Tantrum Mengancam, Cadangan Devisa RI Perlu Dipertebal

Pasar memperkirakan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS) akan terjadi lebih cepat sehingga The Fed akan mulai melakukan tapering off.
Ilustrai/Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Ilustrai/Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia dinilai perlu memperhatikan momentum yang tepat dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter untuk menghadapi risiko taper tantrum.

Pasar memperkirakan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS) akan terjadi lebih cepat sehingga The Fed akan mulai melakukan tapering off.

Hal ini dinilai akan menyebabkan keluarnya aliran modal asing dari emerging market, termasuk Indonesia. Hal itu kemudian akan berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan jika taper tantrum diasumsikan sama dengan krisis pada 2013, rupiah berpotensi melemah hingga 26 persen terhadap dolar AS.

Oleh karena itu, cadangan devisa Indonesia perlu diperkuat untuk menghadapi taper tantrum, terutama yang berasal dari devisa ekspor dan aliran investasi asing langsung (foreign direct investmen/FDI).

“Bisa saja di-support lewat penerbitan surat utang pemerintah, tapi itu pun berisiko menimbulkan capital reversal ketika investor asing mengurangi kepemilikan aset di negara berkembang,” katanya kepada Bisnis, Rabu (16/6/2021).

Bhima mengatakan pemerintah juga perlu mendorong ekspor dengan memanfaatkan momentum pemulihan permintaan global dan meningkatnya harga komoditas.

“Ini jangan lewat begitu saja, harus genjot pasar-pasar potensial,” jelasnya.

Bhima menilai saat ini juga momentum yang tepat untuk mendorong FDI sejalan dengan bunga pinjaman yang sedang rendah.

Dia menambahkan untuk menghadapi taper tantrum tidak hanya dibutuhkan kebijakan dari sisi moneter. Hal itu juga harus didukung oleh kebijakan fiskal dan kementerian terkait.

“Kedua motor utama yang bisa memperkuat fundamental ekonomi tentu bukan hanya kerja kebijakan extraordinary di sisi moneter melainkan lintas sektoral khususnya fiskal, serta kementerian teknis terkait perdagangan dan investasi," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper