Bisnis.com, JAKARTA - Toko Score besutan Semangat Digital Bangsa (SDB) berupaya mengakomodasi pengguna Tokopedia yang masih unbankable & underserved terdeteksi oleh lembaga keuangan penyedia akses kredit.
Head of Business and Marketing SDB Evita Soetjoadi menjelaskan sebagai perusahaan terafiliasi Tokopedia di bidang Innovative Credit Scoring (ICS), Toko Score akan mengakomodasi baik para pembeli atau buyer, maupun pelapak atau seller dalam platform Tokopedia.
"Saat ini kita masih fokus di sisi buyer, tapi kita berproses mempersiapkan produk penilaian Toko Score untuk para penjual atau seller di Tokopedia. Ini karena kebutuhan kredit di masa sekarang ini masih didominasi oleh kebutuhan konsumtif," jelas Evita dalam diskusi bersama media, Rabu (23/6/2021).
Evita menjelaskan lebih lanjut bahwa setiap seller & buyer yang mendaftar Tokopedia akan terdeteksi oleh Toko Score secara seketika. Harapannya, para pengguna ekosistem marketplace Tokopedia yang masih unbankable & underserved bisa terbantu ketika di masa depan berniat mengajukan akses kredit.
Pasalnya, Indonesia memiliki 132 juta penduduk dari total 271 juta penduduk yang belum tersenyum layanan keuangan konvensional. UMKM yang unbankable dan underserved pun masih berada di kisaran 46 juta dari 60 juta pelaku UMKM.
Oleh sebab itu, SDB berupaya membantu di antara mereka yang telah menjadi bagian dari ekosistem Tokopedia, di mana telah mencapai lebih dari 11 juta penjual UMKM, 100 juta pengguna aktif bulanan, dan menjangkau 99 persen kecamatan di seluruh Indonesia.
Baca Juga
"Jadi kami berupaya membantu menjawab masalah yang dihadapi pemberi pinjaman. Terutama, ketika mereka menerima pengajuan kredit dari tiga kelompok masyarakat unbankable, namun kesulitan menilai credit risk karena tidak menemukan data historis mereka di biro kredit," tambahnya.
Tiga kelompok ini, yakni, pertama, kalangan first jobber yang berkebutuhan mengakses kredit untuk barang-barang dalam meningkatkan produktivitas awal mereka bekerja. Kedua, UMKM yang belum punya riwayat pinjaman modal kerja dan belum bisa membuat laporan keuangan yang layak. Ketiga, yaitu pekerja mandiri atau freelancer atau informal, yang membutuhkan akses kredit untuk meningkatkan skill atau membeli peralatan kerja.
"Solusi kami dalam tiga produk, yaitu Toko Score untuk memprediksi dan menilai profil risiko calon peminjam. Selain itu, ada Address Score untuk memverifikasi alamat yang ada di formulir aplikasi pengajuan kredit dengan alamat pengiriman barang di Tokopedia. Terakhir, ada Phone Score untuk melihat konsistensi penggunaan nomor telepon calon nasabah," ungkap Evita.
Adapun, data-data alternatif yang digunakan SDB untuk membentuk penilaian, di antaranya nilai jual-beli barang di Tokopedia, relevansi wishlist & kategori produk yang dibeli dengan kebutuhan pinjaman, perbincangan dengan toko, jumlah device, dan banyak lagi.
Skemanya, apabila sebuah Lembaga Jasa Keuangan (LJK) sulit menemukan riwayat calon peminjam di Biro Kredit, Toko Score bisa langsung diakses oleh tim credit risk LJK tersebut sebagai salah satu indikator penilaian dan penerimaan aplikasi pinjaman calon nasabah.
"Sekarang sudah ada beberapa LJK yang bekerja sama dengan kita, mulai dari bank multinasional dan fintech peer-to-peer [P2P] lending. Saya lihat rekan-rekan LJK konvensional pun sangat positif responnya ketika tahu ada produk ICS yang praktis seperti SDB, tinggal kerja sama tanpa harus merogoh kocek besar untuk investasi data science sendiri," jelasnya.
Terkini, SDB lewat brand Toko Score telah terdaftar di Kementerian Komunikasi dan Informatika, masuk ke regulatory sandbox Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku platform penyedia credit scoring, memiliki sertifikasi keamanan data pribadi, dan mengikuti code of conduct Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH).