Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan modal ventura di Indonesia berupaya terus menjaga kiblat industri sebagai penjaring para inovator dan pembawa perubahan, bahkan di tengah risiko lonjakan kedua pandemi Covid-19.
Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R. Sirait menilai inilah alasan kenapa pendanaan tahap awal untuk perusahaan rintisan atau startup akan tetap mengalami kenaikan setara periode 2020.
"Rekan-rekan itu punya story terkait pandemi yang sudah satu tahun, dan terlihat 2020 itu justru next wave dari digitalisasi di Indonesia itu terjadi. Nilai investment kita pun naik. Penopangnya mulai dari pertumbuhan sektor tertentu sampai penetrasi internet dan tahun ini pun rasanya serupa," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (14/7/2021).
Berdasarkan laporan DSinnovative Startup Report 2020, transaksi funding oleh modal ventura kepada startup asal Indonesia selama 2020 mencapai 113 transaksi, dengan nilai disclosed funding dari 50 di antaranya bernilai US$3,3 miliar, naik dari disclosed funding pada 2019 yang mencatatkan US$2,96 miliar.
Dari total transaksi tersebut, satu masih berada di tahap pre-seed, 47 di antaranya ada di seed funding sebagai yang terbanyak, kemudian 10 startup Pre-Series A, dan 24 startup Series A, dan sisanya lain-lain untuk startup tahap lanjut.
Adapun, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap 61 modal ventura asal Indonesia, kegiatan penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usaha (PPU) yang kebanyakan berupa startup per Mei 2021 mencapai Rp4,89 triliun, naik jauh dibandingkan Mei 2020 di angka Rp2,47 triliun.
Baca Juga
Jefri menjelaskan bahwa selain lonjakan pengguna internet dan tingginya demand layanan digital, pencarian startup potensial tahap awal merupakan upaya nyata modal ventura dalam ikut menjaring beragam inovasi yang harapannya juga memiliki impact nyata buat perekonomian nasional.
"Karena sebagai investor high-risk, modal ventura selalu siap uangnya lenyap. Beda dengan lembaga pembiayaan lain, kita kan bukan hanya memberikan kredit atau meminjamkan dana. Kiblat tetap mengakomodasi seed stage dan ini justru artinya baik. Tinggal bagaimana seleksi untuk memilih inovasi mana yang momentumnya bisa scale up," ujarnya.
Menurut Jefri, terkini yang perlu diperhatikan startup tahap yang berniat approach kepada modal ventura agar mempersiapkan diri terkait daya tahan, kesesuaian bisnis dalam pandemi dan masa transisi, serta persiapan bergabung dengan ekosistem.
Pasalnya, Jefri menjelaskan salah satu peran modal ventura yang bisa diambil oleh startup bukan hanya akses pendanaan atau penyertaan modal yang diterima, namun juga terbukanya jaringan terhadap ekosistem yang mampu mempermudah scale-up startup tersebut.
"Secara bisnis, sebenarnya buat siapa pun, tapi ini terutama teman-teman di seed stage, ini waktunya melihat kembali ke belakang, bagaimana product & services yang ditawarkan, apakah ini momentumnya atau tidak. Lihat arah anginnya ke mana, kenali kondisi market sekarang, dan sesuaikan diri dengan ekosistem," jelasnya.