Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Denyut Ekonomi RI Melemah, BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,50 Persen

Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas sistem keuangan karena ketidakpastian pasar keuangan global di tengah inflasi yang rendah dan mengukung pertumbuhan ekonomi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21-22 Juli 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen.

Bersamaan dengan itu, BI menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.

"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas sistem keuangan karena ketidakpastian pasar keuangan global di tengah inflasi yang rendah dan mengukung pertumbuhan ekonomi," tegas Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (22/7/2021).

Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif serta mempercepat digitalisasi sistem pembayaran Indonesia untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut.

Dari paparan hasil RDG, BI melihat pertumbuhan domestik akan lebih rendah dari ekspektasi.

Ekonomi kuartal III/2021 diperkirakan lebih rendah akibat adanya PPKM Darurat. Penurunan terjadi pada konsumsi rumah tangga karena terbatasnya mobilitas di tengah stimulus bansos pemerintah dan kuatnya ekspor.

Namun, BI yakin ekonomi akan kembali menguat pada kuartal IV/2021 sejalan dengan vaksinasi, penerapan kebijakan serta kinerja ekspor yang kuat.

"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun menjadi 3,5 - 4,3 persen," paparnya.

Lebih lanjut, nilai tukar rupah pada 21 Juli 2021 mengalami penurunan 0,29 persen secara point to point.

Penurunan ini dipicu oleh adanya flight to quality dari aset investor asing. Adapun, rupiah hingga Juli ini mengalami depresiasi 3,39 persen (year-to-date/ytd). Kendati demikian, penurunan rupiah lebih rendah dibandingkan mata uang Filipina dan Thailand.

Sementara itu, Perry menegaskan inflasi tetap rendah. IHK pada bulan Juni mengalami deflasi sebesar 0,16 persen (month-to-month/mtm) dan inflasi tahun kalender sebesar 0,76 persen ytd.

"Inflasi inti terjaga rendah sejalan dengan permintaan yang masih terbatas," kata Perry. BI yakin laju inflasi sesuai dengan target, yakni 3 plus minus 1 persen pada tahun ini dan tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper