Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Morgan Stanley Perkirakan BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di 3,5 Persen

Di sisi lain, Morgan Stanley tidak mengantisipasi penurunan suku bunga lebih lanjut dari BI, karena pembuat kebijakan diperkirakan lebih mengandalkan kebijakan fiskal serta langkah-langkah makroprudensial untuk meredam pertumbuhan.
Kantor Bank Indonesia di Jakarta/Reuters-Iqro Rinaldi
Kantor Bank Indonesia di Jakarta/Reuters-Iqro Rinaldi

Bisnis.com, JAKARTA - Morgan Stanley memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di 3,5 persen pada rapat pekan ini, Kamis (22/7/2021).

“Kami menduga BI akan mempertahankan sikap yang akomodatif, dengan mempertahankan suku bunga kebijakan pada level terendah saat in di 3,5 persen pada pertemuan MPC [Monetary Policy Committee] pekan depan,” demikian yang dikutip Bisnis dari kajian Morgan Stanley, Rabu (14/7/2021). 

Sementara itu, di tengah peningkatan tajam kasus Covid-19 di Indonesia, pemerintah telah memperketat tindakan pembatasan, dengan menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa, Bali, serta 15 wilayah kabupaten/kota lainnya.

Meski begitu, dalam kajian tersebut, Morgan Stanley tidak mengantisipasi penurunan suku bunga lebih lanjut dari BI, karena pembuat kebijakan diperkirakan lebih mengandalkan kebijakan fiskal serta langkah-langkah makroprudensial untuk meredam pertumbuhan.

Selain itu, BI kemungkinan akan lebih fokus pada perbaikan mekanisme transmisi kebijakan moneter dengan membiarkan penurunan suku bunga sebelumnya untuk diteruskan ke suku bunga berorientasi pasar.

Adapun, Morgan Stanley turut mencatat bahwa BI baru-baru ini menyatakan akan berusaha untuk "mendorong" bank-bank dalam meneruskan penurunan suku bunga dan menurunkan suku bunga pinjaman. 

“Selain itu, sampai situasi Covid-19 stabil dan membaik setelahnya, MS menganggap gejolak Covid-19 saat ini adalah hambatan sementara, bukan penghalang permanen bagi pemulihan pertumbuhan Indonesia," tulis Morgan Stanley dalam kajiannya.

Secara khusus, Morgan Stanley memperkirakan ekonomi akan menunjukkan pemulihan siklus di tengah latar belakang global yang membaik, kenaikan harga komoditas, dan kecepatan peluncuran vaksin. 

Di sisi lain, Morgan Stanley menyebut kenaikan suku bunga yang disruptif juga bukan merupakan kasus dasar [base case] mereka, karena indikator stabilitas makro Indonesia sebagian besar telah membaik dibandingkan dengan tahun 2013, di mana defisit transaksi berjalan yang berkurang, inflasi yang lebih rendah, dan perbedaan suku bunga riil versus suku bunga di AS yang lebih nyaman.

Morgan Stanley menyimpulkan bahwa BI diprediksi akan mempertahankan suku bunga rendah sepanjang 2021, dengan kenaikan secara bertahap di akhir kuartal I/2022, yang disebabkan oleh pemulihan ekonomi yang semakin kuat.

Dalam hal risiko, Morgan Stanley melihat jika inflasi AS melampaui 2,5 persen secara berkelanjutan dan imbal hasil UST 10 tahun naik secara tidak teratur.

"Pengetatan yang mengganggu dalam kondisi keuangan di belakang ini dapat meluas ke Indonesia mengingat ketergantungannya pada pendanaan eksternal,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper