Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Sebelum Pajak Naik Signifikan, Bank Jateng Ungkap Pendorongnya

Laba sebelum pajak Bank Jateng naik, bahkan kenaikannya cukup besar yakni 16,1 persen yang sebelumnya Rp937 miliar menjadi Rp1,088 triliun.
Bank Jateng melakukan sejumlah strategi untuk mencegah penyebaran COvid-19 di lingkungan kantor guna menjaga kenyamanan pegawai dan nasabah.
Bank Jateng melakukan sejumlah strategi untuk mencegah penyebaran COvid-19 di lingkungan kantor guna menjaga kenyamanan pegawai dan nasabah.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) membukukan penurunan laba sebesar 2 persen year on year (yoy) Rp848 miliar dari sebelumnya Rp866 miliar. Namun, laba sebelum pajak naik signifikan.

Direktur Keuangan Bank Jateng Dwi Agus Pramudya menjelaskan laba sebelum pajak naik, bahkan kenaikannya cukup besar yakni 16,1 persen yang sebelumnya Rp937 miliar menjadi Rp1,088 triliun.

Penurunan laba setelah pajak pun dikarenakan pada periode interim 30 Juni, Bank Jateng tidak membukukan pajak tangguhan yang berasal dari koreksi fiskal beda waktu.

"Pajak tangguhan akan kami hitung dan bukukan pada akhir tahun nanti agar lebih mendekati pajak kini yang harus kami bayar sesuai SPT," jelas Agus ketika dihubungi Bisnis pada Senin (2/8/2021).

Agus pun memaparkan kenaikan laba sebelum pajak disebabkan beberapa yaitu pendapatan tumbuh 4,7 persen, sedang biaya hanya tumbuh 0,7 persen.

Net interest margin atau NIM Bank Jateng pun tetap terjaga di 5,7 persen meskipun yoy turun 0,3 persen dan beban operasional pendapatan operasional atau bobo terjaga di level 70 persen, di mana yoy turun 3 persen.

"Pada semester II, kami mengharapkan laba bisa tercapai sesuai RBB, minimal tumbuh 10 persen." tutur Agus.

Dari sisi aset, Bank Jateng membukukan senilai Rp81,44 triliun. Angka ini naik 12,2 persen year to date (ytd). Kenaikan aset 12,2 persen tersebut sebagian besar disumbang dari kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 17,2 persen.

Agus pun menutup dengan mengatakan kredit semester I tumbuh 4,88 persen yoy menjadi Rp49,13 trilun dan berharap sampai dengan akhir tahun minimal pertumbuhan kredit berada di 4,5 persen.

"Dengan penopang utama masih dari kredit kepada ASN [personal loan] dan UMKM," tutup Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper