BCA Konservatif Jaga Stabilitas dan Tambah Pencadangan
Setali tiga uang, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga membukukan pertumbuhan positif pendapatan bunga bersih 3,8% secara tahunan menjadi Rp28,3 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Kendati demikian, pendapatan non-bunga menurun tipis 1,2% YoY menjadi Rp10,2 triliun. Penurunan ini sebagai dampak dari one-off gain dari penjualan portofolio reksa dana yang dibukukan tahun lalu, meski masih dapat diimbangi oleh kenaikan pendapatan fee dan komisi.
Pendapatan fee dan komisi naik 7,5% YoY, lebih tinggi dibandingkan dengan level pra-pandemi, terutama ditopang oleh pulihnya pendapatan fee dari perbankan transaksi seiring dengan peningkatan jumlah nasabah dan volume transaksi.
Hal ini membuat, laba bersih BCA tumbuh 18,1% YoY menjadi Rp14,5 triliun, karena basis perbandingan laba bersih yang lebih rendah pada kuartal II 2020, yang dipengaruhi oleh tingginya tingkat biaya kredit (cost of credit) saat awal pandemi Covid-19 di kuartal II tahun lalu.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan perseroan pun masih sangat konservatif dalam mempertahankan stabilitas dengan memupuk pencadangan.
Upaya ini dapat berdampak baik di tengah tekanan pandemi yang terus membuat kualitas kredit menurun seiring dengan belum membaiknya cash flow debitur. Biaya cadangan di kuartal II 2020 tercatat 32,4% lebih besar dibandingkan dengan kuartal II 2021.
Jahja menyampaikan PPKM menjadi tantangan yang cukup berat untuk kembali mendorong kinerja. Namun, dia pun optimistis pelonggaran mobilitas akan mampu mendongkrak kembali kinerja.
Terlebih, dia menuturkan BCA sudah berani menawarkan suku bunga yang rendah. "Bahkan kami menawarkan 3,8% per tahun untuk KPR serta untuk KKB tingkat bunganya 2% hingga 2,5 persen yang berlaku flat," katanya.