Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rights Issue, Bank Neo Commerce (BBYB) Bidik Raih Dana Rp2,5 Triliun

Dalam PUT V ini, BBYB akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 5 miliar saham baru atas nama dengan nilai nominal Rp100 setiap saham.
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru melalui Penawaran Umum Terbatas (PUT) V, dalam rangka hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana Rp2,5 triliun.

Dalam PUT V ini, BBYB akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 5 miliar saham baru atas nama dengan nilai nominal Rp100 setiap saham. Namun, harga pelaksanaan sejauh ini belum ditentukan perseroan.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan aksi korporasi tersebut bertujuan memenuhi modal bank digital sebesar Rp3 triliun, sesuai dengan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Kami optimistis bisa memenuhi ketentuan OJK sampai akhir 2021. Per Juni 2021, ekuitas BNC mencapai Rp1,2 triliun,” ujarnya dalam public expose insidentil yang diselenggarakan secara virtual, Senin (6/9/2021).

Dalam prospektus yang dirilis perseroan pada Jumat (6/8/2021), disebutkan bahwa pernyataan pendaftaran efek telah disampaikan kepada OJK, tetapi belum memperoleh pernyataan efektif dari regulator.

Jadwal sementara tanggal efektif PUT V BBYB tertulis 9 September 2021 dengan periode perdagangan HMETD 23-30 September 2021. Adapun, periode pelaksanaan dan penyerahan saham hasil pelaksanaan HMETD pada 27 September-4 Oktober 2021.

Tjandra Gunawan menuturkan saat ini perseroan akan menggenjot alokasi belanja modal untuk investasi di sisi teknologi, pengembangan sumber daya, dan juga pengembangan aplikasi, agar sesuai dengan kebutuhan pengguna termasuk di dalamnya biaya promosi.

“BNC mencanangkan 2021 menjadi tahun investasi transformasi digital secara masif, khususnya di bidang teknologi dan keamanan digital,” pungkasnya.

Menurutnya, peningkatan biaya operasional dalam proses transformasi itu menjadi pendorong tambahan biaya sejak satu tahun terakhir. Setelah resmi mengumumkan transformasi menjadi bank digital, BNC aktif berinvestasi, khususnya di bidang teknologi dan keamanan.

Alhasil, beban operasional BBYB pada paruh pertama tahun ini meningkat signifikan, dari Rp76 miliar per Juni 2020 menjadi Rp268 miliar year-on-year (yoy). Hal tersebut membuat perseroan mencetak rugi cukup besar yakni mencapai Rp132,8 miliar.

Dari sisi penyaluran kredit selama semester I/2021, Bank Neo Commerce mencatatkan kenaikan 4,37 persen dari posisi awal tahun menjadi Rp3,82 triliun.

Sementara itu, dana pihak ketiga tercatat naik 38,55 persen menjadi Rp4,60 triliun. Dari situ, jumlah aset perseroan meningkat dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp5,42 triliun menjadi Rp6,99 triliun per 30 Juni 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper