Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain Rights Issue, BRI (BBRI) Lakukan 2 Aksi Korporasi Besar Ini di Era Pandemi

BRI (BBRI) melakukan 3 aksi korporasi besar di masa pandemi, apa saja?
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso/Istimewa
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Sunarso membeberkan bahwa perseroan sukses melakukan tiga aksi korporasi besar di tengah pandemi Covid-19.

Adapun tiga aksi korporasi yang dimaksud adalah melakukan konsolidasi Bank Syariah Indonesia (BSI), strategic partnership BRI Life dan FWD, dan rights issue dalam rangka pembentukan ekosistem ultra mikro.

Menurut Sunarso, tugas seorang CEO adalah memimpin proses value ratio, baik secara organik maupun anorganik.

“Petumbuhan organik dapat dilakukan melalui continuous improvement pada proses business as usual untuk penciptaan nilai setiap hari dan setiap waktu secara terus menerus,” kata Sunarso melalui unggahan video dalam Instagram @bankbri_id, seperti dikutip Kamis (7/10/2021).

Selain itu, lanjut Sunarso, BRI juga terus melakukan pengembangan bisnis secara anorganik melalui beberapa corporate action. Pertama, melalui konsolidasi Bank Syariah Indonesia (BSI).

Sunarso menuturkan bahwa saham BRIS mengalami peningkatan hingga empat kali lipat dari sebelum konsolidasi, yakni sekitar Rp500 per lembar. Sebagai informasi, saat ini saham BRIS sudah mencapai kisaran harga sebesar Rp2.000.

Kedua, valuasi BRI Life yang telah meningkat menjadi Rp7,5 triliun pada 2021. “Di mana jika kita bandingkan sebelumya kita mengakuisisi BRI Life dengan nilai hanya Rp1,6 triliun pada tahun 2015,” imbuhnya.

Di luar itu, Sunarso mengungkapkan BRI masih mendapatkan extra cash berupa acces fee sebesar Rp4,4 triliun yang telah diterima dalam bentuk tunai sebesar Rp2,1 triliun pada tahun ini. Sementara sisanya, yakni Rp2,3 triliun akan dibayar selama tiga tahun ke depan.

Ketiga, BRI telah melakukan aksi korporasi penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue dalam rangka pembentukan ekosistem ultra mikro.

“Total nilai rights issue BRI mencapai Rp95,9 triliun yang terdiri dari Rp54,7 triliun dalam bentuk partisipasi nontunai pemerintah melalui inbreng saham pegadaian,” jelasnya.

Sementara sisanya, yaitu sebesar Rp41,2 triliun dalam bentuk cash proceed dari pemegang saham publik.

Lebih lanjut, Sunarso mengungkapkan di tengah kondisi yang menantang akibat pandemi Covid-19, sekitar 28 miliar lembar saham yang diterbitkan pada rights issue BRI telah terserap seluruhnya. Bahkan, mengalami oversubscribed sebesar 1,53 persen.

“Pencapaian ini menjadikan rights issue BRI menorehkan sejarah sebagai rights issue terbesar di kawasan Asia Tenggara, menduduki peringkat ketiga rights issue terbesar di Asia, dan nomor tujuh terbesar di seluruh dunia,” bebernya.

Sementara itu, dana dari hasil rights issue nantinya akan digunakan perseroan untuk mengembangkan ekosistem ultra mikro sebagai pertumbuhan baru perusahan maupun untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam kesempatan yang sama, Sunarso berharap akan adanya proses value creation yang juga dapat dirasakan manfaatnya oleh para insan brilian.

“Impian saya, minimal satu persen saham BRI dapat dimiliki insan brilian. Dengan memiliki saham BRI, hal ini akan mendorong transformasi culture pekerja untuk selalu create value bagi perusahaan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper