Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO) memproyeksikan pendanaan sebesar Rp100 miliar ke perusahaan finansial teknologi, PT iGrow Resources Indonesia, sampai dengan satu tahun ke depan.
Pada hari ini, Rabu (6/10/2021), BRI Agro dan iGrow telah menyepakati perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh Bhimo W. Hantoro Direktur Digital Bisnis BRI Agro, dan Jim Oklahoma Direktur Pengembangan Bisnis iGrow, di Gedung BRI Agro, Jakarta.
Bhimo mengatakan bahwa saat ini outstanding berada di angka Rp22 miliar. Dia pun menyatakan jumlah tersebut akan terus ditingkatkan. “Proyeksinya akan kami tingkatkan ke angka Rp100 miliar sampai satu tahun ke depan,” ujarnya kepada Bisnis.
Direktur Utama BRI Agro Kaspar Situmorang mengatakan kerja sama antara BRI Agro dengan iGrow menjadi langkah strategis perseroan untuk menjadi house of fintech dan memperluas akses permodalan, khususnya kepada masyarakat dari berbagai sektor bisnis.
“Dengan kerjasama antara BRI Agro dengan IGrow maka sepanjang 2021 kami sudah bekerjasama dengan tujuh fintech,” ujar Kaspar.
Kaspar menambahkan bahwa kerja sama ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk bekerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka cross selling produk-produk BRI Agro.
Baca Juga
Oleh sebab itu, lanjutnya, perseroan memilih perusahaan finansial teknologi (fintek) untuk mengembangkan bisnis perseroan menjadi digital attacker sesuai dengan aspirasi BRI Group, serta meningkatkan gig economy di Indonesia.
BRI Agro saat ini tengah membidik 6 juta hingga 7 juta nasabah dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Transformasi ke arah bank digital menyasar segmen gig economy.
Kaspar mengatakan perseroan saat ini tengah menjalankan proses transformasi bisnis model baru serta membenahi bisnis yang sudah ada. Arah transformasi akan menyasar segmentasi pasar baru yaitu memberikan layanan ke sektor gig economy atau sektor pekerja informal.
Gig economy merupakan sebutan untuk pasar tenaga kerja, yang identik dengan karyawan kontrak jangka pendek atau pekerja lepas. Sudut pandang lain menyebutkan, gig economy didefinisikan sebagai lingkungan kerja fleksibel dalam hal kerja, tetapi minim perlindungan.
Kaspar menuturkan setiap tahunnya jumlah gig economy workers di Indonesia meningkat secara konsisten. Laju tersebut juga semakin didorong oleh keadaan pandemi Covid-19.
Sebagai gambaran, jumlah gig economy workers meningkat sebesar 27,07 persen secara tahunan, sedangkan jumlah karyawan purnawaktu menurun sebesar 8,84 persen.
Lonjakan dari gig workers berkontribusi pada pertumbuhan angkatan kerja secara positif dalam bentuk penambahan 1,94 juta gig workers baru selama pandemi.
Ke depannya, gig economy juga diproyeksikan mencapai 74,81 juta gig workers pada 2025. Melihat perkembangan itu serta peralihan perilaku ke arah digital, pekerja gig economy dinilai akan menjadi pilar penting dalam memperkuat perekonomian bangsa.
“BRI Agro mudah-mudahan bisa menangkap 10 persen dari estimasi 74,81 juta tadi atau sekitar 6 juta sampai dengan 7 juta gig economy workers dalam 5 tahun ke depan,” ujarnya.