Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berbagai Strategi Fintech P2P Lending Kerek Pinjaman di Luar Pulau Jawa

Memperbesar penyaluran ke pencari dana (borrower) di luar Jawa merupakan salah satu amanat OJK agar industri memperbesar peran sebagai pengisi gap kebutuhan permodalan UMKM yang belum bisa diisi lembaga jasa keuangan (LJK) konvensional.
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Industri teknologi finansial pendanaan bersama atau peer-to-peer (P2P) lending sudah mulai memiliki strategi khusus soal cara memperbesar penyaluran pinjaman ke luar Pulau Jawa.

Seperti diketahui, memperbesar penyaluran ke pencari dana (borrower) di luar Jawa merupakan salah satu amanat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar industri memperbesar peran sebagai pengisi gap kebutuhan permodalan UMKM yang belum bisa diisi lembaga jasa keuangan (LJK) konvensional.

Founder & CEO PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan bahwa platform-nya sepanjang 2021 ini justru telah mencatatkan 60,3 persen dari total portofolio untuk pinjaman ke luar Jawa.

Amartha memiliki pengalaman sebagai lembaga keuangan mikro (LKM) sebelum bertransformasi menjadi fintech P2P lending yang fokus ke borrower perempuan pengusaha mikro pedesaan. Tak heran, akumulasi penyaluran Rp4,6 triliun sejak berdiri telah tersalurkan ke 826.000 mitra di 18.900 desa di seantero Tanah Air.

"Penyaluran pinjaman Amartha justru lebih banyak ke luar Jawa di era pandemi ini, karena borrower di Jawa banyak yang usahanya terpengaruh oleh pembatasan sosial. Kami optimistis ke depan bisa menyalurkan pendanaan lebih banyak ke luar pulau Jawa, sehingga mencapai target membina satu juta borrower pada akhir periode 2021 ini," ujarnya kepada Bisnis, Senin (11/10/2021).

Taufan menjelaskan bahwa kunci menerapkan strategi ini karena Amartha memang berbeda dengan platform P2P lending lain, yaitu turut ditopang strategi hybrid kombinasi antara teknologi dengan tim lapangan yang melakukan pendampingan bagi para borrower.

"Sistem offline digunakan saat memonitor perkembangan usaha para mitra dengan mengerahkan sekitar 3.000 tenaga lapangan di 430 poin Amartha di Indonesia yang juga bertanggung jawab untuk menyediakan layanan keuangan. Kombinasi ini terbukti efektif menjaga kualitas pinjaman, sekaligus memperbesar layanan keuangan bagi pelaku usaha perempuan di pedesaan," tutupnya.

Sedikit berbeda, Chief Credit Officer & Co-Founder PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) Christopher Gultom menjelaskan bahwa buat platform-nya, masih ada ganjalan soal definisi luar Jawa.

Pasalnya, sebagai fintech P2P lending yang menjadi langganan para UMKM di bidang konstruksi dan engineering, terkadang proyek yang dijalankan memang berada di luar Jawa, tetapi domisili borrower ada di Jakarta.

"Misalnya, ada pinjaman dari perusahaan yang secara domisili kantor mereka ada di Jakarta, tapi terlibat proyek membangun tower telekomunikasi di Luar Jawa. Artinya, pinjaman yang yang kami salurkan secara tidak langsung kan diputarnya di luar Jawa. Jadi kalau benar-benar secara domisili, persentase ke luar Jawa memang baru 5 persen," jelasnya dalam diskusi terbatas bersama media.

Akseleran menargetkan akan membangun beberapa kantor perwakilan di beberapa kota besar di Pulau Sumatra dan wilayah Indonesia Timur untuk mendongkrak persentase penyaluran ke luar Jawa bisa naik ke 10 persen dari total penyaluran pada 2023.

"Dalam waktu dekat ini, yang ke luar Jawa kami fokuskan ke Bali dan Nusa Tenggara karena kami sudah punya kantor perwakilan di Surabaya. Jadi, bisa ter-cover dari sana," tambahnya.

Terakhir, Chief Marketing Officer PT Lunaria Annua Teknologi (KoinWorks) Jonathan Bryan mengakui bahwa penyaluran ke luar Jawa sulit tanpa kerja sama dengan ekosistem.

"Sekarang kami di Jawa masih 70 persen dari total penyaluran pinjaman. Memang sulit sekali produk finansial masuk ke luar Jawa terutama ke daerah Indonesia Timur dengan sendirinya. Maka dari itu, selain rencana membuka kantor cabang, kerja sama dengan platform digital lain itu sangat membantu," jelasnya.

Jonathan menjelaskan bahwa platform digital tersebut, di antaranya yang bisa mengakomodasi para pegiat jual-beli online di platform dagang elektronik (e-commerce) dan kasir online untuk para merchant new retail seperti kafe atau warung makan.

"Sebagai contoh, penyaluran pinjaman mulai banyak dari Sumatra, juga Kalimantan dan Bali, karena di sana mulai bermunculan pegiat e-commerce. Selain itu, platform POS [point of sale] yang kita gandeng, seperti Moka dan Pawoon, itu ternyata punya banyak merchant di daerah, sehingga, ketika membutuhkan permodalan bisa dengan mudah memilih KoinWorks," tambah Jonathan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper