Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) menargetkan perolehan laba usaha sampai dengan akhir tahun ini dapat mencapai lebih dari Rp1 triliun.
Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap kinerja perseroan. Pada kuartal IV/2020 hingga kuartal I/2021, baik penyaluran pembiayaan maupun laba perseroan mengalami penurunan.
Namun, kondisi tersebut sudah mulai membaik pada kuartal II/2021 dan pertumbuhan pembiayaan dan laba perseroan sudah mampu melampaui pertumbuhan industri pembiayaan. Pihaknya pun berharap pertumbuhan tersebut dapat terus berlanjut hingga akhir tahun dan laba perseroan dapat kembali mendekati posisi sebelum pandemi.
"Kami pernah capai laba sekitar Rp1,5 triliun sebelum pandemi dan tahun ini tren tersebut sudah mulai kembali positif. Diharapkan hal ini bisa dilewati di tahun-tahun berikutnya. Kalau kami setahunkan pencapaian profit hingga September, kami harapkan diakhir tahun kami bisa tutup di angka di atas Rp1 triliun," ujar Sudjono dalam paparan publik, Rabu (17/11/2021).
Sampai dengan kuartal III/2021, pembiayaan baru BFIN tercatat mencapai Rp9,38 triliun atau tumbuh 72,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,43 triliun. Menurut Sudjono, pertumbuhan pembiayaan baru ini sudah mulai pulih mencapai sekitar 90-95 persen kapasitas pembiayaan perseroan sebelum pandemi.
Baca Juga
Portofolio pembiayaan BFIN ditopang oleh pembiayaan kendaraan bermotor roda dua dan empat sekitar 84-85 persen dari total pembiayaan perseroan. Sisanya, dikontribusikan dari pembiayaan alat berat dengan porsi 12-13 persen, pembiayaan properti 2 persen, pembiayaan syariah 1 persen, dan 1 persen pembiayaan dari konsolidasi anak usaha perseroan, fintech peer-to-peer lending Pinjam Modal.
Untuk piutang yang dikelola perseroan hingga kuartal III/2021 masih mengalami penurunan sebesar 7,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp13,74 triliun.
Turunnya pertumbuhan piutang tersebut berdampak terhadap pendapatan perseroan yang juga tercatat turun 15,4 persen year-on-year (yoy). Total pendapatan perseroan sampai dengan kuartal III/2021 mencapai Rp2,96 triliun. Hal ini karena pendapatan terbesar perseroan berasal dari pendapatan bunga, sehingga ketika piutang turun, pendapatan bunga perseroan ikut turun.
Meski demikian, dengan efisiensi yang dilakukan, perseroan masih mampu membukukan laba bersih hingga kuartal III/2021 senilai Rp796 miliar atau tumbuh 52,9 persen yoy.
"Pendapatan masih turun karena ada penurunan aset yang dikelola. Tapi itu bisa diseimbangkan dengan perbaikan dari sisi kinerja, collection, cost of credit, dan biaya dana juga, serta biaya operasional yang mengalami efisiensi, sehingga laba kami sebelum dan sesudah pajak bisa tumbuh di atas 50 persen," katanya.