Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Ruang Penurunan Suku Bunga Kredit Masih Terbuka

Tren penurunan suku bunga kredit masih akan terbuka yang tercermin dari sejumlah faktor.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memproyeksi ruang penurunan suku bunga kredit ke depan masih akan terbuka. 

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, tren penurunan suku bunga kredit masih akan terbuka lantaran tercermin dari empat faktor.

Pertama, likuiditas yang sangat longgar. Kedua, BI masih akan menempuh kebijakan suku bunga rendah. Ketiga, perbedaan antara suku bunga kredit dengan suku bunga dana yang masih tinggi. Keempat, persepsi risiko yang menurun. 

“Demikian juga pertumbuhan kredit ke depan akan meningkat, baik dari sisi penawaran kredit oleh perbankan, terutama dari kenaikan permintaan kredit oleh dunia usaha. Itulah faktor yang menurut kami, pertumbuhan kredit akan lebih tinggi,” kata Perry dalam konferensi pers virtual Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (18/11/2021). 

Perry mengatakan, dari sisi penawaran likuiditas sangatlah longgar yang diikuti dengan suku bunga rendah dan kebijakan makroprudensial. 

“Yang menjadi isu dari sisi penawaran kredit oleh perbankan adalah persepsi risiko, yang ke depannya Insya Allah akan lebih baik,” tuturnya.

Sementara itu, terdapat pula tiga faktor dari sisi permintaan kredit yang merupakan faktor yang dominan mempengaruhi pertumbuhan. Namun, Perry meyakini bahwa faktor permintaan akan semakin membaik dalam mendorong kenaikan pertumbuhan kredit ke depan.

Pertama, kenaikan mobilitas masyarakat. Perry menerangkan, dengan meningkatnya mobilitas masyarakat, maka pembukaan sektor-sektor ekonomi juga akan meningkat, baik dari sektor ekspor maupun domestik.

Insya Allah, dengan mobilitas yang meningkat, pembukaan sektor sektor ekonomi, maka konsumsi juga akan meningkat,” ucapnya.

Kedua, kenaikan konsumsi masyarakat juga merupakan faktor pendorong dari permintaan kredit, khususnya untuk kelompok menengah ke atas.

Menurut Perry, kenaikan permintaan yang selama ini belum meningkat bukan karena pendapatan masyarakat, khususnya menengah ke atas, melainkan disebabkan adanya kemampuan kesempatan untuk berbelanja yang terbatas karena varian delta maupun faktor yang lain.

“Untuk konsumsi masyarakat menengah ke atas, inilah faktor-faktor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan karena pendapatannya relatif tinggi. Tapi, tentu saja adalah kemampuan untuk berbelanja,” ujarnya.

Ketiga, ekspektasi dan prospek bisnis dari dunia usaha akan meningkat. Hal ini sejalan dengan kenaikan aktivitas ekonomi.

“Karena itu, dari sisi permintaan yang selama ini menjadi faktor dominan untuk pendorong kredit ke depan akan semakin baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi kredit lebih lanjut,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper