Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan terdapat kerugian senilai Rp246,5 miliar akibat serangan siber di perbankan selama periode semester I/2020 hingga semester I/2021.
Selain itu, ditemukan juga potensi kerugian akibat serangan siber dengan nilai Rp208,5 miliar selama periode tersebut. Tak hanya bank, nasabah juga turut mengalami kerugian serupa hingga mencapai Rp11,8 miliar.
Menanggapi hal itu, Citibank Indonesia atau Citi Indonesia membeberkan strategi untuk melindungi data nasabah dari serangan siber.
Sebagai bank global, Chief of Staff Citi Indonesi,a Tandy Cahyadi mengatakan Citi memiliki salah satu keuntungan. Di mana, Citi Indonesia memiliki sumber daya yang bisa dimanfaatkan dari rekan-rekan yang berada di belahan dunia lain untuk melindungi diri dari serangan siber.
“Jadi, memang salah satu advantage kami sebagai suatu bank global, kami juga memiliki resources yang bisa kami manfaatkan dari rekan-rekan kami yang ada di belahan dunia yang lain untuk bisa melindungi diri kita dari serangan serangan siber,” ujar Tandy dalam acara virtual Bisnis Indonesia Financial Outlook 2022, Rabu (24/11/2021).
Selain memanfaatkan peluang sebagai bank global, Tandy menuturkan bahwa Citi Indonesia juga berguru dari rekan-rekan Citi yang ada di global, seperti Amerika.
Baca Juga
“Selain dari pembelajaran negara-negara lain, kita melihat dari sisi perlindungan data peraturan-peraturan dari regulator yang wajib kita taati,” jelasnya.
Di samping itu, Citi Indonesia juga tengah memikirkan langkah ekstra di luar dari regulasi. Dengan langkah tersebut, maka akan semakin memperkuat perlindungan terhadap data nasabah maupun transaksi nasabah di Citi Indonesia.
“Jadi kita memang selalu menghormati dan menaati peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh regulator Tapi pada saat yang sama, kita juga mencoba untuk memikirkan lebih jauh apalagi yang bisa kita lakukan,” tutupnya.