Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Clue Baru soal Akuisisi Bank Kecil oleh BNI (BBNI)

Kabar yang selama ini beredar menyebutkan BNI berencana mengambil alih bank yang masuk dalam klasifikasi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2 untuk dikembangkan sebagai bank digital.
Layar menampilkan Direktur IT dan Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Y.B. Hariantono memberikan pemaparan saat acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022 di Jakarta, Kamis (16/12/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Layar menampilkan Direktur IT dan Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Y.B. Hariantono memberikan pemaparan saat acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022 di Jakarta, Kamis (16/12/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Bank digital yang akan dikembangkan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. lewat proses akuisisi dipastikan bakal membidik segmen usaha kecil menengah atau UKM.

Direktur IT & Operasi Bank BNI, Y.B Hariantono mengungkapkan bahwa segmen UKM memiliki ceruk pasar yang besar dengan jumlah mencapai lebih dari 60 juta. Ceruk ini yang kemudian ingin disasar oleh perseroan dalam proses pengembangan bank digital.

"Kami ingin memastikan untuk suatu bank digital yang sukses, kami sudah pastikan segmen mana yang mau kita masuk. Kami telah clear untuk masuk segmen SME [small medium enterprise]," ujarnya dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022, Kamis (16/12/2021).

Hariantono memastikan BNI akan menyasar segmen tersebut dengan cara berbeda. Dengan demikian, solusi yang ditawarkan juga memiliki perbedaan dari layanan yang selama ini disajikan oleh perbankan tradisional.

Menurutnya, kepastian segmentasi merupakan salah satu kunci sukses dalam pengembangan bisnis bank digital. Faktor lainnya adalah kemampuan teknologi, kapabilitas ekosistem, dan kemampuan perbankan.

Terkait dengan faktor kemampuan teknologi, Hariantono menjelaskan BNI telah menggandeng mitra perusahaan teknologi dalam proses pengembangan bank digital.

"Jadi, kami gandeng partner perusahaan teknologi, kenapa? Karena banknya digital, sehingga semuanya harus bergantung pada teknologi dan kami harus mempunyai kapabilitas yang kuat," pungkasnya.

Soal kapabilitas ekosistem, BNI disebut telah menemukan partner yang memiliki ekosistem, baik secara luring maupun daring. Adapun terkait dengan kemampuan manajemen perbankan sudah dimiliki oleh perseroan.

"Segmen sudah clear, kemampuan teknologi sudah sehingga cost of running company akan menjadi mudah, ekosistem digital offline dan online-nya ada, dan terakhir adalah kapabilitas dari perbankan. Kami sudah punya lengkap, maka kita jalani inisiatif ini," ujarnya.

Kemarin, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK, Slamet Edy Purnomo dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022 menuturkan bahwa tantangan struktural perbankan saat ini memunculkan kecenderungan pola bermain dengan investor strategis, serta melakukan langkah konsolidasi. Dia menyebutkan salah satu bank besar yang melakukan konsolidasi adalah BNI.

“Beberapa bank kita mengambil juga ada, seperti BCA mengambil Bank Royal, kemudian Bank Mega mengambil Bank Harda, lalu BNI mengambil Bank Mayora. Ini dari sisi konsolidasi,” ujarnya.

Hal ini pun semakin mengerucutkan kabar yang selama ini menyebutkan bank dengan kode saham BBNI itu berencana mengambil alih bank yang masuk dalam klasifikasi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2 untuk dikembangkan sebagai bank digital.

Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini saat ditemui di Jakarta pada akhir November 2021 mengatakan bahwa perseroan akan mengungkap mitra yang digandeng dalam proses pengembangan bank digital pada awal 2022.

Novita menuturkan bahwa perseroan akan mengungkap mitra yang akan digandeng oleh BNI setelah proses kesepakatan rampung. Selain itu, perseroan juga masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Dia juga menambahkan bahwa untuk masuk ke bank digital, BNI perlu menggandeng mitra dengan ekosistem yang kuat. Di sisi lain, segmen yang akan disasar juga masih dalam proses diskusi hingga kesepakatan rampung.

“Ketika kami mau akuisisi atau masuk ke digital itu harus ada yang punya ekosistem. Jadi, kalau misalnya kami akan menggandeng partner, adalah partner yang memiliki ekosistem kuat, FMCG [Fast Moving Consumer Goods], misalnya,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper