Bisnis.com, JAKARTA – Popularitas uang elektronik kian menjulang sejak merebaknya pandemi Covid, Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin berharap itu dapat membantu pemulihan ekonomi.
Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin menilai, meningkatnya popularitas uang elektronik sebagai alat pembayaran menjadikan fungsinya kian meluas.
Mulanya, fungsi uang elektronik hanya terbatas pada kebutuhan, seperti membayar tol non tunai. Kini, pemanfaatan uang elektronik telah merambah pada aneka macam kebutuhan layanan masyarakat, mulai dari pembayaran tagihan, pajak dan retribusi, transportasi publik, belanja daring, investasi, hingga penyaluran dana sosial.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), sejak 2009, penggunaan uang elektronik terus mengalami pertumbuhan. Per Februari 2022, nilai transaksi uang elektronik tumbuh 41,35 persen secara tahunan mencapai Rp27,1 triliun.
Sebelumnya, BI juga memproyeksikan transaksi uang digital atau uang elektronik akan meningkat 18,03 persen sepanjang 2022 hingga mencapai Rp360 triliun.
“Bertumbuhnya penggunaan uang elektronik didorong oleh berbagai faktor. Pertama, perkembangan teknologi. Kedua, perubahan gaya hidup masyarakat untuk bertransaksi yang lebih praktis, aman, nyaman, dan cepat,” ujar Ma’ruf dalam sambutannya di acara bertajuk ‘2 Tahun LinkAja Syariah’, dikutip Sabtu (23/4/2022).
Baca Juga
Ma’ruf berharap, dengan meningkatnya potensi keuangan digital, termasuk penggunaan uang elektronik, maka dapat mendorong pertumbuhan dan pemulihan ekonomi nasional.
“Potensi besar ekonomi digital, termasuk uang elektronik turut menjadi faktor pendorong pertumbuhan dan pemulihan ekonomi nasional,” tuturnya.
Menurutnya, layanan ekonomi dan keuangan syariah yang menjadi salah satu penopang ketahanan ekonomi nasional juga memberikan dampak positif yang dibawa oleh teknologi digital sebagai akselerator pengembangan sektor-sektor ekonomi dan keuangan syariah.
“Dengan meningkatnya literasi dan inklusi keuangan syariah di masyarakat, maka akan menjadi daya ungkit terhadap perluasan pangsa pasar keuangan syariah yang saat ini masih terbilang rendah, yakni sekitar 10 persen dari total pangsa pasar nasional,” jelasnya.