Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan bankir memproyeksikan bahwa Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed.
Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) Daniel Budirahayu mengatakan BI kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan pada kuartal tiga atau empat tahun ini. Dia berharap kenaikan BI7DRR tidak terlampau tinggi agar pertumbuhan kredit sesuai target.
“Harapan kami, kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin [bps] agar pertumbuhan kredit dapat tercapai sesuai dengan rencana pemerintah,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (15/5/2022).
BINA sendiri adalah bank yang saham terbesarnya dimiliki oleh kelompok Salim melalui PT Indolife Pensiontama (22,47 persen), selanjutnya ada PT. Gaya Hidup Masa Kini (11,34 persen), PT. Samudra Biru (17,56 persen), Liontrust S/A NS Asean Financials Fund (17,42 persen), LTSL As Trustee of NS Financial Fund (10 persen), PT. Philadel Terra Lestari (6,69 persen) dan masyarakat (14,52 persen).
Seperti diketahui, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed resmi mengumumkan kenaikan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin untuk menekan lonjakan inflasi di negara tersebut.
Apabila perkembangan ekonomi dan keuangan sesuai dengan ekspektasi ke depan, The Fed pada pertemuan berikutnya diperkirakan bakal menaikkan tambahan 50 bps.
Baca Juga
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja, memperkirakan penyesuaian BI7DRR berada di rentang 25 bps hingga 50 bps. Hal ini jika nilai tukar rupiah terkoreksi cukup besar. “Menyesuaikan dengan kenaikan Fed rate yang mulai naik bertahap 0,50 persen mungkin sampai 6 kali lagi,” ujarnya.
Meski demikian, Jahja meyakini bahwa kenaikan suku bunga BI tidak akan terlalu berdampak terhadap penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Menurutnya, kinerja kredit KKB dan KPR BCA akan tergantung dari kalkulasi harga yang ditentukan oleh emiten bank dengan kode saham BBCA tersebut.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso, dalam keterangan tertulis, mengatakan bahwa BRI akan meningkatkan dana murah (current account saving account/CASA) dalam menghadapi tren kenaikan suku bunga.
Dia menuturkan peningkatan CASA dilakukan secara gradual dari 63 persen pada kuartal I/2021, menjadi 66 persen pada kuartal I/2022, di antaranya melalui transaksi wholesale, penetrasi digital saving BRI, dan hyperlocal ekosistem pada segmen mikro.
Di sisi lain, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan sikap The Fed yang lebih hawkish di tengah meningkatnya tekanan inflasi tersebut sesuai dengan perkiraan. Kendati demikian, dia memperkirakan suku bunga acuan BI baru akan dinaikkan pada semester II/2022.
Menurutnya, harga komoditas global yang melonjak akibat perang Rusia-Ukraina telah mendorong kinerja ekspor Indonesia dan memperpanjang rangkaian surplus perdagangan.
Hal ini dinilai dapat mendukung kondisi neraca transaksi berjalan, sehingga menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sampai tingkat tertentu. Kondisi tersebut dapat memberikan ruang yang cukup bagi suku bunga acuan BI untuk bertahan di level 3,50 persen dalam beberapa waktu ke depan.
“Kami percaya bahwa BI akan menjaga stabilitas dengan terlebih dahulu meningkatkan rasio GWM [Giro Wajib Minimum] dan mengurangi pelonggaran kuantitatif, sebelum menyesuaikan BI7DRR,” katanya.
Selain itu, Faisal menambahkan peningkatan suku bunga acuan akan bergantung pada kondisi inflasi domestik yang diperkirakan meningkat secara fundamental dan substansial pada paruh kedua tahun ini.