Bisnis.com, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen.
Sejalan dengan keputusan ini, Bank Indonesia (BI) menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Dalam kesempatan ini, BI menuturkan pihaknya terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka mengendalikan inflasi, menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan, serta meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan.
Pemulihan ekonomi global diprakirakan terus berlanjut meski lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di tengah inflasi dan percepatan normalisasi kebijakan moneter.
Dari bacaan BI, Eropa, AS, Tiongkok, India dan Jepang berisiko tumbuh lebih rendah. Selain itu, perdagangan dunia juga akan mengalami pelemahan.
Baca Juga
BI juga masih melihat percepatan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara maju, termasuk AS, sejalan dengan semakin tingginya tekanan inflasi. Hal tersebut mendorong terbatasnya prospek aliran modal asing, khususnya portofolio, dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dari dalam negeri, Perry mengungkap pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, terbukti dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022 sebesar 5,01 persen. Pada kuartal II/2022, BI melihat pertumbuhan tetap kuat. Hal ini tercermin dari indeks PMI, neraca perdagangan dan indeks mobilitas penduduk.
"Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2022 Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,5-5,3 persen," papar Perry.
Proyeksi suku bunga BI sebesar 3,5 persen ini sejalan dengan konsensus ekonom. Sejumlah ekonom meyakini BI masih akan menahan suku bunganya hingga semester II/2022, melihat terkendalinya inflasi dalam negeri, dibandingkan dengan laju inflasi di negara-negara lain.