Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IFG Utak-atik Anggota, Hilangkan Aksi Saling 'Kanibal' Anak Usaha

Saat ini sebagian besar anggota IFG memang berkompetisi pada beberapa lini bisnis yang sama
Pekerja melakukan pemasangan logo Indonesia Financial Group (IFG) di Jakarta, Selasa (11/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja melakukan pemasangan logo Indonesia Financial Group (IFG) di Jakarta, Selasa (11/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia Financial Group (IFG), holding BUMN asuransi dan penjaminan, fokus melakukan penyelarasan bisnis anak usahanya agar tidak saling bersaing dalam lini bisnis yang sama.

Sebagian besar anggota IFG memang berkompetisi pada beberapa lini bisnis yang sama. Misalnya saja, PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) yang sama-sama menggarap bisnis penjaminan kredit atau Askrindo dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) yang juga sama menggarap bisnis asuransi kredit dan lainnya.

Wakil Direktur Utama IFG Hexana Tri Sasongko mengatakan, penyelarasan bisnis anak-anak usaha menjadi salah satu target yang ingin dicapai IFG sebagai holding baru dalam tahun-tahun awal berdirinya.

"The beauty dari holding itu tidak boleh ada kanibal, maka ada business alignment. Dalam business alignment hati-hati karena pendekatannya macam-macam," ujar Hexana, dikutip Minggu (5/6/2022).

Menurutnya, penyelarasan bisnis perlu dilakukan secara hati-hati karena juga perlu mempertimbangkan preferensi nasabah dan kondisi pada masing-masing anak usaha. IFG tengah mengkaji bagaimana teknis penyelarasan portofolio bisnis yang akan dilakukan sehingga tidak ada lagi tumpang tindih dalam portofolio bisnis anak usaha.

"Misalnya, yang sudah di-approach Askrindo, Jasindo tidak usah atau setiap dirut bersama-sama sekian persen lari ke Askrindo, sekian persen ke Jasindo. Itu perlu di-address hati-hati setiap kondisi seperti apa. Intinya ada business alignment, misal produk ini tidak cocok ada di Jasindo. Jasindo garap asuransi kerugian saja, yang ini dipindah ke yang tepat, misalnya AJK [asuransi jiwa kredit] di Askrindo. Kami akan menuju ke sana, pelan-pelan akan ditransfer portofolionya sehingga tidak ada tumpang tindih," jelas Hexana.

IFG yang telah menjadi konglomerasi keuangan dengan total aset mencapai Rp136 triliun sampai dengan kuartal I/2022, kata Hexana, dituntut untuk melakukan tata kelola dan manajemen risiko terintegrasi secara holding dan anak usaha. Pada tahun-tahun awal berdiri ini, IFG akan fokus membangun fondasi pengelolaan perusahaan dan memperkuat manajemen risiko. Diharapkan mendekati tahun ke-5, IFG sudah bisa mulai fokus mengejar profitabilitas.

Di sisi lain, isu persaingan harga di industri asuransi umum akibat ketatnya kompetisi usaha juga menjadi perhatian IFG. Guna mencegah terjadinya persaingan harga di anak-anak usaha, IFG memperbaiki tata kelola dengan memperkuat fungsi keaktuariaan dan manajemen risiko dalam pricing model.

Hexana menuturkan, kebijakan pricing produk asuransi di anak usaha kini dikontrol oleh direktur teknik di holding dan menempatkan direktur yang membawahi keaktuariaan di masing-masing anak usaha.

"Price war sekarang tidak ada lagi. Kami di atas angkat direktur teknik, beri konsultasi pada seluruh anak dan kami usung value baru di mana pricing itu actuarial based. Bukan semata-mata sales based, dikendalikan orang sales tanpa hitungan. Karena kami juga komunikasi dengan ekosistem, seperti perbankan," katanya.

Penting menurutnya untuk menetapkan harga berdasarkan perhitungan yang tepat dan telah mempertimbangkan besaran risiko yang ditanggung. Harga kompetitif yang tidak didasari perhitungan yang tepat bisa menyebabkan gagal bayar klaim.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) Cahyo Adi mengatakan bahwa konsolidasi bisnis anak-anak usaha IFG memang membutuhkan waktu dan pendalaman. Jasindo memiliki ekspektasi bahwa segmen bisnis nantinya akan dibagi sesuai kompetensi masing-masing anak usaha.

"Saat ini, Asuransi Jasindo sebagai anak perusahaan dari IFG masih berkoordinasi dengan holding terkait segmentasi bisnis tersebut. Sambil menunggu kajian tersebut, Asuransi Jasindo tetap melakukan bisnis seperti biasa," ujar Cahyo kepada Bisnis.

Ia juga meyakini penyelarasan bisnis ini nantinya tidak akan mengurangi porsi bisnis Jasindo. "Enggak lah pasti mereka tidak mau, masa setelah holding bisnis turun. Kan dari sisi IFG perlu menjaga supaya bisnis-bisnis yang ada tetap berjalan baik dan diharapkan meningkat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper