Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Bikin Kaum Middle Income Sulit Menabung

Menurut laporan BI proporsi pengeluaran responden untuk tabungan terkoreksi 1,2 persen pada Mei 2022 dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menjadi 18,1 persen. 
Ilustrasi rekening bank - Bank Indonesia mencatat alokasi dana tabungan masyarakat kelas menengah menciut pada Mei 2022. /Worldpress
Ilustrasi rekening bank - Bank Indonesia mencatat alokasi dana tabungan masyarakat kelas menengah menciut pada Mei 2022. /Worldpress

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan survei Bank Indonesia menyebutkan bahwa masyarakat berpenghasilan Rp4,1 juta hingga Rp5 juta  mengurangi alokasi dana mereka untuk tabungan pada Mei 2022. 

Menurut laporan BI proporsi pengeluaran responden untuk tabungan terkoreksi 1,2 persen pada Mei 2022 dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menjadi 18,1 persen. 

Penurunan tersebut diikuti dengan proporsi pengeluaran untuk konsumsi yang meningkat 0,7 basis poin mtm menjadi 68,8 persen pada Mei 2022. Pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi pada 5 bulan pertama 2022. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menilai turunnya alokasi dana untuk tabungan disebabkan oleh inflasi.

Pasalnya masyarakat harus membayar lebih mahal untuk barang yang sama. “Artinya inflasi sangat berat bagi golongan-golongan tersebut,” kata Abdul, Minggu (12/5/2022).

Tidak hanya alokasi dana untuk disimpan yang berkurang, kata Abdul, akibat harga-harga menjadi mahal, masyarakat kelas menengah berpotensi akan mengeruk tabungan untuk kebutuhan hidup. 

Sementara itu sebelumnya laporan Analisis Perkembangan Uang Beredar yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menyebutkan tren pertumbuhan kredit konsumsi berlanjut pada April 2022 dengan pertumbuhan kredit sebesar 6,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini yang tertinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode Maret, Februari dan Januari.  

Adapun pada Maret 2022 pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 6 persen, Februari sebesar 5,2 persen, dan Januari sebesar 5 persen. 

Jika dibandingkan dengan 3 tahun lalu, pertumbuhan kredit konsumsi secara tahunan pada April 2022 lebih tinggi dibandingkan dengan April 2021 (0,4 persen yoy) dan April 2020 (4,1 persen yoy). Namun kalau dibandingkan dengan pertumbuhan kredit konsumsi pada April 2019 (9 persen yoy)  angka pertumbuhan kredit masih lebih rendah, atau belum pulih sebelum Covid-19 melanda Tanah Air.

Untuk diketahui pada April 2022 tercatat kredit konsumsi yang disalurkan perbankan mencapai Rp1.718,5 triliun. Sementara itu April 2021 nilainya total sebesar Rp1.615,2 triliun. 

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan pada awal semester I/2022 perbankan akan menggenjot penyaluran kredit konsumsi kepada masyarakat seiring dengan pandemi Covid-19 yang melandai. Perbankan melihat pelonggaran mobilitas menjadi momentum yang pas untuk menyalurkan kredit. 

“Pandemi sudah berkurang dan kita tahu masyarakat sudah lama tidak keluar sehingga ini saatnya bagi bank untuk jor-joran  menyalurkan kredit,” kata Amin.

Dari sisi regulator, kata Amin, juga masih melonggarkan suku bunga pada tingkat yang rendah sehingga perbankan dapat terus menyalurkan kredit dengan bunga rendah kepada masyarakat.

“Dengan mobilitas yang makin tinggi, artinya masyarakat makin yakin dan makin percaya diri. Ketika mereka butuh stimulus bank hadir dengan pinjaman konsumtif,” kata Amin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper