Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia sangat beruntung di tengah kenaikan harga energi dan komoditas dunia lantaran koordinasi antara pemerintah, fiskal dan moneter sangat kuat sehingga tidak berdampak signifikan terhadap inflasi dalam negeri.
Sebagaimana diketahui, dunia saat ini tengah menghadapi risiko global, yaitu tingginya harga komoditas global baik energi maupun pangan yang berdampak terhadap inflasi di berbagai negara.
"Berbeda dengan negara-negara lain, Indonesia itu sangat beruntung karena koordinasi antara pemerintah, fiskal dan moneter sangat-sangat kuat," kata Perrry dalam seminar nasional bertajuk 'Managing Inflation to Boost Economic Growth', Rabu (15/6/2022).
Menyikapi kenaikan harga energi dan pangan, pemerintah baru-baru ini telah mendapat persetujuan dari DPR untuk menaikkan subsidi, khususnya untuk premium, diesel, listrik, LPG dan juga meningkatkan bantuan sosial.
Dalam konteks seperti ini, jelas Perry, BI juga ikut berpartisipasi dalam pembiayaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sampai dengan tahun ini.
BI di tahun ini juga ikut membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp224 triliun untuk pembiayaan kesehatan dan kemanusiaan, yang diantaranya diserahkan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk dialokasikan ataupun membiayai pendanaan subsidi.
Baca Juga
"Makanya dampak dari kenaikan harga energi dan komoditas global terhadap inflasi dalam negeri itu dapat dikendalikan," ungkapnya.
Di lain sisi, Perry memperkirakan inflasi IHK pada akhir tahun ini mencapai 4,2 persen. Namun, inflasi inti dan ekspektasi inflasi masih bisa terkendali dalam kisaran 3 persen plus minus satu persen. Bahkan, kata Perry, akan kembali dalam batas sasaran, baik IHK ekspektasi inflasi maupun inflasi inti.
"Untuk tahun depan tentu saja fiskal defisit akan kembali tidak lebih dari 3 persen dan Bank Sentral atau BI tidak lagi membeli SBN di pasar perdana," jelas dia.
Sebelumnya, BI positif terhadap outlook economic Indonesia, dimana BI memprediksi pertumbuhan pada tahun ini meningkat di kisaran 4,5 hingga 5,3 persen di 2022 dan meningkat menjadi 4,7-5,5 persen di 2023.
Dengan demikian, kata Perry, Indonesia kembali pada pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Adapun, dukungannya tidak hanya dari konsumsi domestik karena mobilitas yang terus meningkat namun juga dari ekspor, investasi serta stimulus fiskal dan moneter.