Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) meyakini telah memiliki permodalan yang cukup kuat sehingga tidak membutuhkan tambahan modal hingga 2-3 tahun ke depan.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa perusahaan memiliki tiga aspek yang akan mendorong pertumbuhan bisnis dalam beberapa tahun ke depan. Tiga aspek tersebut adalah sumber pertumbuhan baru yang jelas, kapital yang cukup, dan likuiditas yang memadai.
Dari sisi permodalan, kata Sunarso, CAR BRI per semester I/2022 sekitar 25 persen, naik 20 persen secara tahunan. Dengan persentase CAR yang tinggi tersebut, membuat posisi keuangan BRI aman sehingga BRI punya keleluasaan menurunkan CAR dari level 25 persen saat ini ke level yang optimal di kisaran 16-18 persen.
CAR atau Capital Adequacy Ratio sendiri adalah rasio kecukupan modal untuk menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh perbankan.
"Maka 2-3 tahun ke depan BRI tidak perlu menambah modal. Justru BRI perlu mengoptimalkan modal dengan cara bertumbuh," kata Sunarso dalam siaran pers, Selasa (6/9).
Kemudian, lanjutnya, BRI juga memiliki kecukupan likuiditas. BRI mampu menekan Cost of Fund (CoF) di kisaran 1,7 persen. CoF tersebut merupakan yang terendah, setidaknya sejak 2019. Pada 2019, angkanya sekitar 3,6 persen, pada 2020 ditekan menjadi 3,2 persen, dan pada 2021 sekitar 2,1 persen.
Baca Juga
Sunarso mengungkapkan hal tersebut menunjukkan bahwa transformasi BRI makin kuat, terutama dari struktur liabilitasnya sehingga mampu mempertebal ketersediaan likuiditas.
BRI juga memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro (UMi), perseroan memastikan bahwa sumber pertumbuhan baru akan terus bertambah.
"Sumber pertumbuhan baru dibangun melalui dibentuknya sinergi ekosistem ultra mikro dengan memasukkan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani [PNM] dalam BRI Group. Jadi, syarat pertama memiliki kejelasan sumber pertumbuhan baru," ujarnya.
Mengacu pada data BRI Group sebagai induk Holding UMi per Juni 2022, terdapat sekitar 45 juta potensi nasabah ultra mikro yang dapat diberdayakan. Adapun, 15 juta di antaranya sudah dapat mengakses lembaga pembiayaan formal.