Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan bahwa suku bunga simpanan valas menunjukkan kenaikan seiring dengan meningkatnya suku bunga offshore. Seturut dengan hal tersebut, dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan ikut bertumbuh.
Dalam laporan likuiditas bulanan yang dirilis LPS, suku bunga maksimum naik 11 basis poin (bps) menuju level 0,84 persen, sedangkan suku bunga minimum serta rata-rata seluruh bank valuta asing masing-masing meningkat 2 bps dan 6 bps ke level 0,46 persen dan 0,65 persen.
Sementara itu, data Bank Indonesia menunjukkan DPK valas perbankan masih meningkat 12,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp1.049,6 triliun pada Agustus 2022. Lebih tinggi dibandingkan DPK rupiah yang bertumbuh 7,6 persen menjadi Rp6.305,1 triliun.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rudi As Aturridha mengatakan perseroan terus aktif menjaga likuiditas valas untuk memenuhi kebutuhan transaksi dalam mata uang asing.
Emiten bersandi saham BMRI ini juga melakukan optimalisasi pengelolaan likuiditas dengan melakukan kontrol melalui monitoring portofolio, baik di sisi kredit maupun dana. Optimalisasi terhadap kredit valas juga dilakukan dengan selektif, terukur, dan pricing yang sesuai.
“Hal ini bertujuan agar pengelolaan aset dan liabilitas dapat mencapai tujuan dalam mengontrol risiko likuiditas yang dihadapi, seiring dengan tren peningkatan suku bunga pasar dan kebutuhan ekspansi bisnis,” ujarnya, Senin (10/10/2022).
Baca Juga
Rudi menambahkan total DPK valas Bank Mandiri berada di level optimal dengan pertumbuhan sebesar 27,1 persen secara tahunan pada akhir Agustus 2022. Pertumbuhan tersebut, antara lain ditopang oleh kenaikan giro dan tabungan valas (CASA) yang tumbuh 26,5 persen secara tahunan menjadi Rp166,3 triliun pada periode yang sama.
Pertumbuhan jumlah DPK valas perbankan Tanah Air terjadi di tengah menyusutnya cadangan valas di gudang bank sentral dunia. Hal ini seiring dengan gencarnya intervensi moneter dalam rangka melindungi mata uang lokal akibat penguatan dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, total cadangan mata uang asing di dunia merosot hingga US$1 triliun atau 7,8 persen sepanjang tahun berjalan 2022 yang berakhir Oktober menjadi US$12 triliun. Nilai terkini cadangan ittu menjadi penurunan terdalam sejak 2003 atau 19 tahun terakhir.
Kondisi ini mencerminkan besarnya tekanan di pasar mata uang yang memaksa bank sentral dunia untuk terjun lebih dalam pada medan perang untuk menangkal depresiasi.