Bisnis.com, JAKARTA - Tren pemulihan piutang pembiayaan industri multifinance masih terus berlanjut. Berdasarkan statistik terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saat ini nilai outstanding utang sebelum dikurangi pencadangan mencapai Rp413,54 triliun.
Capaian per Agustus 2022 tersebut tercatat naik 6,4 persen (year-to-date/ytd) ketimbang outstanding bruto pada tutup buku 2021. Terbilang masih dalam jalur pertumbuhan sesuai proyeksi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
Sebelumnya, Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno sempat mengungkap bahwa proyeksi buat outstanding pembiayaan industri pada akhir tahun nanti minimal tumbuh 6-8 persen (year-on-year/yoy).
Adapun, proyeksi moderat dipatok tumbuh di kisaran 8 persen, sementara target paling optimistis dipatok sesuai proyeksi OJK yang berada di kisaran 12 persen.
"Setelah terkoreksi sampai minus 18 persen pada 2020 dan berlanjut minus 1,5 persen di 2021, tahun ini industri optimistis bertumbuh, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional dan kembalinya mobilitas masyarakat. Tahun depan pun kami berupaya kembali tumbuh sekitar 5 persen, walaupun ada proyeksi kondisi perekonomian kian menantang," ungkapnya, dikutip Selasa (18/10/2022).
Sebagai perbandingan, nilai outstanding bruto industri pembiayaan sempat menyentuh Rp472,85 triliun, sebelum akhirnya anjlok akibat pandemi Covid-19 dan membawa nilainya sampai ke titik terendahnya pada Agustus 2021 senilai Rp358,78 triliun.
Baca Juga
Terkini, jumlah utang masyarakat umum untuk pembelian barang-barang konsumsi dan fasilitas dana tunai, serta utang pelaku usaha untuk layanan keuangan produktif lewat multifinance, semuanya kompak bertumbuh.
Hal ini tergambar dari statistik piutang berdasarkan jenis debitur, di mana masyarakat umum dengan porsi utang Rp214,34 triliun tercatat tumbuh 4,1 persen ytd ketimbang akhir tahun lalu.
Adapun, dari sisi produktif, usaha mikro dengan porsi Rp43,53 triliun tumbuh 10,3 persen ytd, usaha kecil senilai Rp43,89 triliun tumbuh 19,8 persen ytd, usaha menengah Rp48,21 triliun tumbuh 9,1 persen ytd, sementara usaha besar dengan utang Rp63,55 triliun tumbuh 1,5 persen ytd.
Berdasarkan objek pembiayaan, barang konsumsi penyumbang piutang terbesar masih berasal dari mobil baru senilai Rp120 triliun yang tumbuh 7,1 persen ytd. Setelahnya, ada piutang dari produk kredit sepeda motor baru yang hanya tumbuh tipis 0,63 persen ytd menjadi Rp65,3 triliun.
Piutang dari mobil bekas dan motor bekas yang bisa berupa pembelian atau jaminan fasilitas dana tunai, nilainya masing-masing naik 3,5 persen ytd menjadi Rp56,22 triliun dan 15,6 persen ytd menjadi Rp20,51 triliun.
Paylater
Barang konsumsi lain-lain senilai Rp7,92 triliun juga naik 20,7 persen ytd, terutama didorong fasilitas kredit digital dan bayar tunda (paylater) aneka barang melalui platform dagang-el (e-commerce). Adapun, barang-barang elektronik senilai Rp3,83 triliun terbilang turun tipis, karena biasanya siklus permintaan kredit baru akan melonjak jelang momen tahun baru.
Bergeser ke utang dari para pelaku usaha, objek penyumbang nilai piutang terbesar terhadap multifinance disumbang alat-alat berat yang tumbuh 19,5 persen ytd menjadi Rp34,61 triliun, terutama karena sentimen positif dari geliat aktivitas pertambangan, perkebunan, dan konstruksi.
Objek pembiayaan produktif lain yang juga bertumbuh, antara lain mobil pengangkutan yang naik 13,5 persen ytd menjadi Rp47,87 triliun, serta kategori barang produktif lain-lain yang naik 15,2 persen ytd menjadi Rp17,44 triliun.
Sebaliknya, barang-barang produktif lain, seperti mesin-mesin industri, peralatan perkantoran, komputer kantor, gedung kantor, alat transportasi air, dan alat-alat pembangkit listrik industri, masih belum bertumbuh secara signifikan.