Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alarm untuk Bank Digital! Rasio Likuiditas Tinggi di Tengah Kenaikan Suku Bunga Acuan

Rasio likuiditas bank digital seperti Bank Jago, Allo Bank, dan Bank Raya
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). /Bisnis-Abdurachman
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). /Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) bank digital seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) tercatat tinggi. Pengamat perbankan menilai bahwa dengan tingginya rasio likuiditas tersebut, bank digital perlu berhati-hati.

Berdasarkan laporan keuangan per September 2022, posisi outstanding kredit yang disalurkan Bank Jago lebih tinggi dibandingkan dengan dana pihak ketiga atau DPK. LDR bank pada triwulan ketiga mencapai 112 persen.

Meskipun posisi likuiditas melonggar dibandingkan dengan kuartal II/2022, LDR bank masih jauh di atas rata-rata industri dan batas aman yang ditetapkan.

Kendati demikian bank disokong oleh permodalan yang terbilang kuat. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) pada bulan kesembilan 2022 sebesar 97 persen. Sebagai informasi rata-rata CAR industri per Juli 2022 sebesar 24,9 persen.

Allo Bank pun mencatatkan rasio LDR yang tinggi, yakni 210,43 persen per Juni 2022. Bila dibandingkan dengan posisi Juni 2021, LDR bank naik hingga lebih dari 4 kali lipat.

Emiten bank berkode BBHI ini memang gencar menyalurkan kredit hingga Agustus 2022. Belum genap 1 tahun rebranding, bank digital dalam ekosistem CT Corp telah menyalurkan kredit sebesar Rp7,12 triliun melesat 344,75 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Jumlah kredit yang disalurkan BBHI jauh lebih tinggi dibandingkan dengan DPK yang berhasil dihimpun. DPK Allo Bank mencapai sebesar Rp3,96 triliun per Agustus 2022. tumbuh 130,62 persen yoy.

Berkaca pada posisi Agustus 2022, pertumbuhan kredit bank masih jauh di atas DPK. Artinya posisi LDR masih dua kali di atas industri.

Sementara itu, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) mencatatkan LDR 80,54 persen pada kuartal II/2022, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 91,60 persen.

Pengamat Ekonomi Perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan bahwa menurut Bank Indonesia posisi LDR yang ideal berada di level sekitar 78–92 persen. Jika terlalu rendah, maka bank tidak efisien karena uang DPK menganggur, dan jika terlalu tinggi atau melebihi batas maka likuditas bank terbilang ketat.

Likuiditas ketat artinya alat likuid yang tersedia terlalu sedikit karena bank terlalu agresif memberikan kredit. Bank perlu menyiapkan alat likuid untuk berjaga-jaga jika suatu saat nasabah menarik uang bank memiliki dana yang cukup.

Sedangkan, rasio LDR yang terjadi di bank digital ini dialami ketika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) terus meningkat. BI pekan lalu (20/10/2022) telah mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Dua bulan sebelumnya BI juga telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan, LDR tinggi bank digital ini disebabkan karena ekspansi kredit yang besar dan tidak diimbangi dengan kenaikan DPK.

Sedangkan, tingginya LDR di tengah suku bunga acuan BI yang terus meningkat membuat bank digital mesti berhati-hati. “Risikonya besar untuk beberapa masalah, misalnya rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) jadi tinggi jika tidak hati-hati,” ujarnya kepada Bisnis pada Senin (24/10/2022).

Selain itu, bank akan butuh banyak dana untuk membiayai kredit yang tumbuh tinggi. “Jadi, meski baik untuk pendapatan bunga, laba, dan return on asset (ROA) yang tinggi, tapi likuiditas mesti dikelola dengan baik. Kredit bisa direm sedikit,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa beberapa bank digital memang mengalami likuiditas yang ketat karena belum bisa mengumpulkan DPK yang cukup. “Persaingan mendapatkan DPK ini memang menjadi tantangan besar,” ujarnya.

Namun, bank digital mempunyai ekosistem digital yang bagus. Apabila ekosistem tersebut sudah sepenuhnya berjalan bisa meningkatkan daya saing di tengah kenaikan suku bunga acuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper