Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Proyeksi Pertumbuhan Kredit Bank Syariah 2023 di Tengah Ancaman Resesi

Per September 2022, penyaluran kredit bank syariah melesat 19 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Bank Syariah Indonesia (BSI) melakukan langkah agresif dalam mendorong pertumbuhan pembiayaan otomotif/Istimewa
Bank Syariah Indonesia (BSI) melakukan langkah agresif dalam mendorong pertumbuhan pembiayaan otomotif/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), kredit bank syariah per September 2022 melesat 19 persen secara tahunan (year on year/yoy), bahkan melebihi kredit perbankan secara keseluruhan yang tumbuh 11 persen. Lantas, bagaimana proyeksi kredit perbankan syariah tahun depan di tengah ancaman resesi global?

Bank syariah hasil peleburan dari PT Bank Mandiri Syariah, PT BNI Syariah, dan PT BRI Syariah, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) optimis bahwa kredit perbankan syariah akan tetap tumbuh pesat tahun depan meski menghadapi ancaman resesi global.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan perseroan telah tahan menghadapi krisis ekonomi sebelumnya yakni saat pandemi Covid-19. "Daya tahan kami sudah teruji. Kami optimis apabila strategi dijalani dengan baik, kami bisa melalui masa sulit, dan tumbuh bagus di semua aspek," katanya dalam paparan kinerja BSI kuartal III/2022, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan resesi memang akan membuat pertumbuhan ekonomi lesu dan diiringi dengan permintaan domestik yang menurun. "Ini mesti dihadapi dengan hati-hati. Tapi kami cukup beruntung karena dari sisi pembiayaan kami fokus ke ritel, di mana segmen ini demand-nya tetap bagus," katanya.

Menurutnya, dalam memberikan kredit tahun depan di tengah ancaman resesi global, BSI akan berkaca pada kondisi pandemi. "Pada pembiayaan, kami pilih segmen yang tepat saat pelemahan ekonomi," katanya.

BSI berhasil membukukan pertumbuhan 22,35 persen yoy menjadi Rp199,82 triliun per kuartal III/2022 dibandingkan Rp163,31 triliun pada kuartal III/2021.

Pertumbuhan pembiayaan ini diiringi dengan perbaikan pada sisi kualitas pinjaman. Tercatat, nonperforming financing (NPF) gross BSI turun dari 3,05 persen menjadi 2,67 persen. NPF nett juga turun dari 1,02 persen menjadi 0,59 persen.

Selain BSI, PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) optimis kredit syariah tetap akan tumbuh pesat seperti saat ini meskipun tahun depan merupakan tahun yang menantang. Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan, kondisi resesi global tahun depan tetap diwaspadai oleh BTPN Syariah.

Namun, ia optimis kredit akan tetap tumbuh karena BTPN Syariah menyasar pasar yang tahan akan kondisi makroekonomi, yakni pasar ultramikro. Menurutnya, pangsa pasar tersebut akan tetap tumbuh meskipun krisis ekonomi melanda, kecuali saat bencana.

Ditambah, tahun depan menurutnya akan ada pergerakan di pangsa pasar ultramikro. "Kita lihat tahun depan ada election, saat itu yang paling banyak dibantu kan segmen paling bawah, termasuk ultramikro," ujarnya dalam acara media briefing BTPN Syariah beberapa waktu lalu (20/10/2022).

Saat pemilu, akan banyak aktivitas kampanye yang juga mendongkrak produksi kelompok ultramikro, seperti garmen hingga makanan.

"Jadi kita optimis pada 2023 ini pertumbuhan bisnis jauh lebih baik lagi dibandingkan 2022. Tapi, dengan menjalankan prinsip kehati-hatian," ujarnya.

BTPN Syariah sendiri telah menyalurkan pembiayaan Rp11,3 triliun dengan menyasar pasar ultramikro pada kuartal III/2022. Pembiayaan dari BTPN Syariah tersebut naik 11,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Fachmy mengatakan pembiayaan BTPN Syariah tumbuh karena ekonomi Indonesia telah membaik dibandingkan puncak pandemi Covid-19. "Tapi, kenapa pertumbuhannya tidak agresif, karena kita tahu ekonomi Indonesia baru recovery, jadi kita hati-hati agar performance tetap terjaga dengan baik," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa kondisi perbankan, seperti kredit syariah diperkirakan tidak akan banyak terdampak oleh resesi global.

Indonesia diuntungkan oleh tingginya harga barang-barang komoditas sehingga membantu pulihnya ekonomi seiring meredanya pandemi Covid-19. Dengan kondisi tersebut, Piter memprediksi permintaan terhadap kredit syariah akan tumbuh dan membaik.

Piter juga berpendapat seharusnya bank-bank syariah mampu memacu pertumbuhan kreditnya lebih tinggi, salah satunya melalui kredit pemilikan rumah (KPR) syariah. Menurutnya, perbankan bisa menunjukkan kelebihan KPR syariah dibandingkan dengan KPR konvensional.

Selama ini keunggulan KPR syariah tidak begitu nampak dan dirasakan nasabah. Menurutnya, beban cicilan (bunga) KPR syariah selama ini dirasakan tidak berbeda dengan KPR konvensional.

"Sehingga pembedanya hanyalah keyakinan berdasarkan agama. Hal ini menyebabkan permintaan kredit KPR syariah tidak terlalu besar,” kata Piter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper