Bisnis.com, JAKARTA — PT Buana Finance Tbk (BBLD) mencatatkan kinerja kuangan yang positif hingga kuartal III-2022. Hal ini terlihat dari pendapatan dan laba bersih perseroan yang mengalami peningkatan masing-masing 7,92 persen dan 316 persen.
Dikutip dari laporan keuangannya, Rabu (2/11), pendapatan perseroan mengalami peningkatan 7,92 persen menjadi Rp440,68 miliar hingga September 2022 dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya Rp408,31 miliar. Perolehan ini ditopang oleh pendapatan dari segmen bisnis perseroan yang mengalami peningkatan, di mana sewa pembiyaan diperoleh Rp99,43 miliar, pembiayaan konsumen Rp264 miliar, anjak piutang Rp229 juta, dan pendapatan lain-lain Rp45,3 miliar. Sementara pendapatan bunga dan denda menurun menjadi Rp31,31 miliar.
Laba sebelum pajak penghasilan perseroan mengalami peningkatan menjadi Rp66,45 miliar dari sebelumnya Rp14,01 miliar. Laba neto periode berjalan perseroan juga mengalami peningkatan menjadi Rp51,31 miliar atau naik 316 persen dari sebelumnya Rp12,3 miliar.
Secara total aset, hingga 30 September 2022 diperoleh sebesar Rp4,29 triliun atau naik 19,78 persen dibandingkan 31 Desember 2021 yang mencatatkan Rp3,58 triliun. Total liabilitas perseroan juga naik menjadi Rp3 triliun dari semula Rp2,3 triliun. Total ekuitas juga tumbuh menjadi Rp1,28 triliun dari sebelumnya Rp1,24 triliun.
Di sisi lain, emiten yang bergerak di sektor pembiayaan ini mencatatkan kinerja pembiayaan positif pada semester I/2022 seiring masifnya penyaluran pinjaman yang dilakukan perusahaan.
Direktur Buana Finance Herman Lesmana menjelaskan total pembiayaan per Juni 2022 mencapai Rp1,45 triliun, tumbuh 55,41 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode sama tahun lalu senilai Rp932 milliar.
Baca Juga
"Kami masih optimis bahwa target pembiayaan baru sebesar Rp2,58 triliun akan tercapai pada akhir tahun 2022 ini. Karena kami melihat penyaluran pembiayaan diperkirakan masih akan terus membaik, walaupun perlu kiranya memantau berbagai risiko dan tantangan yang baru muncul akhir-akhir ini," ujar dia.
Sebagai perbandingan, penyaluran pembiayaan baru Buana Finance mencapai Rp2,82 triliun sepanjang 2019, kemudian anjlok akibat pandemi Covid-19 menjadi hanya Rp1,18 triliun saja sepanjang 2020.
Tahun ini, Herman melihat sentimen berbagai pihak untuk menjaga stabilitas di masa pemulihan dari pandemi masih ada, menyebabkan pertumbuhan ekonomi tampak terhalang dan kurang eksponensial. Salah satunya, turut disebabkan tren pengetatan kebijakan moneter global, serta eskalasi tensi geopolitik yang terjadi di Ukraina dan Rusia.
Herman juga melihat bahwa bisnis pembiayaan di Tanah Air masih akan terdongkrak minat korporasi untuk memperbesar bujet investasi, yang harapannya masih terjaga sampai akhir tahun nanti. (223)