Bisnis.com, JAKARTA - Jelang periode 2023, seruan ikonik dari serial Game of Throne, 'Winter is Coming!' semakin mengemuka. Baik dalam arti sesungguhnya, maupun terkait makna tersirat yang berupa semakin sulitnya kondisi finansial masyarakat dunia.
Perencana Keuangan sekaligus CEO Sipundi.id Mada Aryanugraha mengungkap bahwa kedua makna dari seruan itu tengah begitu relevan buat masyarakat kawasan Eropa, yang akan mulai memasuki musim dingin pada medio Desember 2022 sampai Januari 2023.
"Musim dingin kali ini akan menjadi yang terberat karena terjadinya resesi, ditambah mahalnya biaya sumber energi seperti minyak dan gas, sebagai bahan bakar pemanas di musim dingin," ujar Mada dalam keterangannya, Rabu (16/11/2022).
Semakin gelapnya perekonomian global, membuat Bank Dunia memperingatkan banyak negara akan adanya risiko resesi secara global di tahun 2023.
Hal tersebut juga sempat disampaikan Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani di beberapa kesempatan pidato mereka, bahwa penting bagi masyarakat untuk mulai bersiap menghadapi kondisi resesi ekonomi.
Pada umumnya, resesi ekonomi selalu ditandai dengan terjadinya penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara dalam dua kuartal secara berturut-turut. Jika kondisi ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka berpotensi mengakibatkan kebangkrutan ekonomi kawasan tersebut.
Dampak yang akan terasa di masyarakat apabila Indonesia turut mengalami resesi, antara lain tingginya harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga pengangguran semakin tinggi, mencari pekerjaan baru akan sangat sulit dan tentunya hal ini akan mengakibatkan angka kemiskinan jadi meningkat tinggi.
"Resesi dapat diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, di mana daya beli masyarakat menurun karena faktor inflasi tinggi, yang mengakibatkan profit atau pendapatan perusahaan menurun dan memicu terjadinya PHK, sehingga jumlah pengangguran meningkat," jelasnya.
Melihat dampak yang bisa terjadi tentunya harus membuat kita jadi lebih waspada. Menghindari resesi ekonomi bukanlah hanya tugas negara atau pemerintah semata, tapi peran masyarakat pun penting dalam memberikan andil ke perekonomian negara ini.
Oleh karena itu, masyarakat harus dapat meningkatkan literasi keuangannya, memiliki pengetahuan bagaimana cara mempertahankan ketahanan finansial agar tetap kuat meski ada faktor risiko yang terjadi.
"Setidaknya ada 3 hal utama yang perlu masyarakat persiapkan untuk memperkuat ketahanan finansial dalam menghadapi resesi ekonomi ke depannya, yaitu terkait persiapan dana darurat, kebutuhan proteksi asuransi, dan mencermati alokasi investasi," ujar Mada.
Secara terperinci, Mada melihat bahwa alokasi dana darurat dan menghindari pengeluaran konsumtif merupakan salah satu yang harus diutamakan.
"Memiliki alokasi dana darurat merupakan hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap orang, terutama jika ingin memiliki pondasi keuangan yang kuat," ujarnya.
Dana darurat berperan penting ketika risiko PHK, ataupun risiko lainnya yang terjadi membuat uang tunai dalam nilai besar dibutuhkan. Dengan adanya dana darurat, maka risiko timbulnya utang atau kerugian karena menjual asset dengan harga murah dapat dihindari.
Oleh karena itu, di saat kondisi ekonomi memasuki resesi, memperbesar nilai asset lancar setara tabungan, deposito dan logam mulia menjadi penting.
"Selain dana darurat, pastikan juga arus kas terutama untuk pengeluaran diatur dengan baik, terutama memprioritaskan pengeluaran yang benar-benar dibutuhkan saja, terutama yang berkaitan dengan produktivitas. Hindari pengeluaran yang sifatnya konsumtif, sehingga antara pendapatan dikurangi pengeluaran dapat tercipta selisih yang positif atau surplus," jelas Mada.
Bergeser ke kebutuhan akan proteksi asuransi, Mada menekankan bahwa produk keuangan ini berguna menghadapi risiko-risiko yang tidak dapat dihindari.
"Memiliki dana darurat bukan berarti sudah aman dari faktor risiko dalam kehidupan, karena ada risiko yang dapat mengakibatkan kerugian secara finansial yang nominalnya tidak akan dapat ditanggung oleh dana darurat," katanya.
Contohnya, ketika sakit, terutama sakit yang membutuhkan perawatan di Rumah Sakit apalagi jika terdapat proses pembedahan. Selain sakit, risiko yang tidak dapat ditanggung oleh dana darurat adalah kematian, oleh karenanya, memiliki asuransi jiwa sebagai proteksi demi memberikan kepastian untuk ahli waris di masa depan juga merupakan hal yang penting.
"Dalam kondisi resesi ekonomi memastikan tetap terproteksi dengan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa jadi prioritas utama, jangan sampai kondisi ekonomi lagi sulit makin jadi kacau karena terjadinya risiko yang tidak diinginkan," ujarnya.
Bagi yang sudah memiliki asuransi, pastikan manfaat yang ditawarkan sudah sesuai dengan kebutuhan. Pastikan juga perusahaan asuransi yang Anda pilih terpercaya dengan ketahanan finansial yang baik.
Adapun, Prudential Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai produk yang dapat memenuhi beragam kebutuhan akan perlindungan jiwa, kesehatan, dan finansial keluarga Anda. Prudential Indonesia juga merupakan perusahaan asuransi yang tepercaya dengan ketahanan finansial yang baik
Terakhir, cermat dalam berinvestasi. Mada melihat bahwa kondisi resesi ekonomi, sewajarnya orang-orang akan menghentikan investasi, dan biasanya yang terjadi adalah kepanikan karena jatuhnya nilai investasi yang dimiliki.
"Oleh karena itu, pastikan kembali tujuan dalam berinvestasi, terutama dari sisi jangka waktu. Lakukan rebalancing yaitu upaya untuk melakukan penyesuaian dengan memindahkan asset investasi ke dalam asset yang relatif lebih aman. Intinya dalam kondisi resesi, maka harus lebih cermat dalam berinvestasi," jelasnya.
Pada akhirnya, mari berharap bahwa pemerintah Indonesia ke depan dapat menjalankan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam menghindari terjadinya krisis keuangan di Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi bangsa ini tetap dapat terjaga positif.
"Perlu diingat juga, peran kita sebagai masyarakat juga penting dapat mempengaruhi hasil secara keseluruhan. Semoga masih ada titik terang dalam ekonomi Indonesia di periode 2023," tutup Mada.