Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi perbankan dalam menyalurkan kredit kendaraan listrik di Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan perbankan mempunyai produk keuangan ke sektor consumer, namun belum banyak bank yang memberikan kredit langsung ke industri kendaraan listrik.
Sebab, ada sejumlah kendala yang dihadapi perbankan dalam menyalurkan kredit, baik dari sisi suplai maupun permitaan. "Dari sisi suplai, bank masih perlu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam menganalisa risiko kredit," ujarnya dalam webinar pada Kamis (17/11/2022).
Kemudian, bank belum punya regulasi internal penyaluran kredit kepada industri kendaraan listrik. "Bank juga masih fokus pada industri eksisting yang potensial," ujarnya.
Sementara, dari sisi demand, industri kendaraan listrik masih terbatas dan lokasinya pada wilayah tertentu saja. "Kemudian, bank belum menemukan mitra yang tepat, dan masih kurangnya informasi tentang kendaraan listrik di Indonesia," ujar Dian.
Untuk itu, menurutnya perlu dukungan setiap stakeholder dalam menciptakan ekosistem kendaraan listrik. Dorongan pembiayaan juga bisa dilakukan baik melalui insentif fiskal maupun non-fiskal.
Baca Juga
OJK sendiri telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mendorong pembiayaan kendaraan listrik di Indonesia. Salah satu kebijakan OJK adalah relaksasi aset tertimbang menurut risiko (ATMR) kredit kendaraan listrik yang kemudian diperpanjang sampai 31 Desember 2023.
Melalui kebijakan itu, bobot risiko kredit menjadi 50 persen bagi produsen dan konsumsi kendaraan listrik dari sebelumnya 75 persen.
Direktur Bisnis UKM PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) Yohanes Suhardi mengatakan, Bank KB Bukopin juga menyadari adanya tantangan dalam pembiayaan kendaraan listrik di Indonesia. "Bank mesti paham risiko, bahkan dalam jangka pendek. Untuk itu kami di perbankan terus evaluasi dan memberikan pengetahuan agar SDM mengerti itu semua," ungkapnya.
SEVP Consumer Banking PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Wawan Setiawan juga mengatakan, tantangan yang dihadapi perbankan dalam membiayai industri kendaraan listrik adalah infrastruktur yang belum memadai, belum adanya pasar kendaraan bekas listrik, dan harga kendaraan listrik yang masih tinggi.
Meski begitu, menurutnya BSI tetap akan gencar menyasar pasar kredit kendaraan listrik tersebut. "Karena porsi kendaraan listrik jadi semakin besar di masa yang akan datang," katanya.
Dia mengatakan, berdasarkan data Bloomberg, pangsa pasar kendaraan listrik di dunia hanya mencapai 3 persen saat ini. Namun, pada 2025 bisa mencapai 10 persen. Lalu, pada 2030 mencapai 26 persen. Kemudian, pada 2060 mencapai 60 persen.