Bisnis.com, JAKARTA — PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) telah meyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi kondisi ekonomi pada tahun 2023 yang berpotensi dipengaruhi oleh resesi global. Seiring dengan hal ini, BRI Finance menargetkan non performing financing (NPF) atau kredit bermasalah tetap di bawah 2,5 persen.
Sebagaimana diketahhui, awal November lalu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar telah meminta industri jasa keuangan termasuk multifinance menerapkan prinsip kehati-hatian. Langkah tersebut diharapkan menjadi mitigasi risiko dalam menghadapi kondisi pasar yang berfluktuasi, terlebih adanya potensi resesi ekonomi global ke depan.
“Dalam menghadapi kondisi tersebut BRI Finance sudah melakukan langkah antisipasi sejak awal pandemi pada 2020 lalu. Sebab Perseroan ingin tumbuh cepat dengan kualitas yang positif melalui tata kelola yang baik,” ujar Direktur Manajemen Risiko BRI Finance Ari Prayuwana berdasarkan keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Kamis (1/12).
Hal itu pun terlihat dari NPF Perseroan dengan kualitas terjaga. Rasio NPF Perseroan hingga kuartal III/2022 tercatat 1,98 persen. Persentase tersebut lebih baik dari NPF industri yaitu 2,58 persen pada periode yang sama.
Adapun, hingga akhir tahun ini BRI Finance mematok target NPF gross sekitar 2,1 persen sedangkan tahun depan di level 2,2 persen.
“Sebagai komitmen terhadap kualitas aset yang dimiliki, kami senantiasa melakukan panjagaan ketat atas rasio NPF. Tujuannya untuk menanggulangi potensi risiko dari kondisi ekonomi yang fluktuatif,” ujar Ari.
Strategi yang diterapkan oleh BRI Finance adalah robust risk management, tujuannya adalah menjaga kualitas portofolio pembiayaan yang menjadi prioritas perseroan. Kemudian, BRI Finance menerapkan credit risk scoring, sehingga bisa mempercepat proses pengambilan keputusan pembiayaan.
Selanjutnya, BRI Finance fokus pada kualitas pembiayaan melalui penerapan selective growth. Di mana Perseroan membuat kebijakan bahwa yang boleh dibiayai adalah sektor-sektor yang potensi risikonya rendah.
BRI Finance juga akan melakukan switching portofolio dari mayoritas pembiayaan komersial, kini beralih ke segmen konsumer yang lebih ritel. Alhasil risiko per debitur lebih rendah. Harapannya BRI Finance akan tumbuh secara berkelanjutan.
“Strategi lainnya yang kami lakukan adalah fokus kepada funding stability dan sustainability dengan menjaga kepercayaan kreditur. Selain itu melakukan transformasi dan konsisten dalam digitalisasi business process, yaitu dalam rangka memperoleh efisiensi sehingga mampu menekan biaya operasional,” ujar Ari.