Bisnis.com, JAKARTA – Industri asuransi umum mencatatkan kinerja positif dari sisi kinerja keuangan di sepanjang kuartal III/2022. Hal itu tercermin dari pertumbuhan laba setelah pajak yang naik menjadi Rp5,3 triliun dalam sembilan bulan pertama 2022.
Wakil Ketua Bidang Statistik Riset dan Analisa Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Trinita Situmeang menuturkan bahwa asuransi umum mencatatkan laba setelah pajak atau laba bersih senilai Rp5,3 triliun sampai dengan kuartal III/2022.
Perolehan laba itu tumbuh 13,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari semula mencapai Rp4,7 triliun pada kuartal III/2021.
Trinita menjelaskan bahwa perolehan laba yang dibukukan industri asuransi umum ditopang oleh hasil investasi dan hasil underwriting sampai dengan September 2022.
“Perolehan laba setelah pajak ini berasal dari investasi dan dari hasil underwriting untuk perusahaan asuransi umum. Jadi baik hasil investasi maupun underwriting telah berkontribusi terhadap laba setelah pajak asuransi umum,” kata Trinita dalam paparan Kinerja Asuransi Umum dan Reasuransi Kuartal III/2022 secara daring, Jumat (16/12/2022).
Secara terperinci, Trinita menyampaikan bahwa hasil investasi mencatatkan peningkatan menjadi Rp3,1 triliun dari Rp3 triliun.
Posisi itu mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,8 persen yoy. Di sisi lain, hasil underwriting juga naik 8,6 persen yoy dari Rp12,1 triliun menjadi Rp13,1 triliun.
Selain itu, total investasi asuransi umum juga mengalami pertumbuhan sebesar 3,9 persen yoy. Nilai itu merangkak naik dari Rp87,1 triliun pada kuartal III/2021 menjadi Rp90,5 triliun pada kuartal III/2022.
Setali tiga uang, total aset juga merangkak naik 6,8 persen yoy menjadi Rp195,8 triliun, dari semula mencapai Rp183,2 triliun.
Selanjutnya, total liabilitas dan total ekuitas masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,6 persen yoy dan 4 persen yoy menjadi Rp124,3 triliun dan Rp70,7 triliun.
Premi dan klaim turut mencatatkan pertumbuhan dengan persentase masing-masing sebesar 19,9 persen yoy dan 25,2 persen. Kedua indikator itu naik menjadi Rp67 triliun dan Rp27,5 triliun.