Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit perbankan November 2022 melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa realisasi penyaluran kredit hingga November 2022 meningkat 11,16 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kenaikan terjadi di seluruh jenis kredit dan mayoritas sektor ekonomi.
Pada Oktober 2022, bank sentral mencatat kredit bank tumbuh 11,95 persen. Artinya ada koreksi sebesar 79 basis poin.
Perry mengatakan bahwa perlambatan kredit menghantui sejumlah sektor industri, di antaranya angkutan udara, hotel dan restoran, tekstil, serta alas kaki.
“Dari 46 subsektor memang pola pertumbuhan kredit sebagian besar membaik. Sementara yang pertumbuhannya masih relatif rendah ada empat sektor, yakni angkutan udara, hotel dan restoran, serta berkaitan dengan tekstil maupun alas kaki,” ujarnya, Kamis (22/12/2022).
Sementara itu, penyaluran kredit segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), misalnya, tumbuh 18,13 persen yoy pada November 2022. Lebih tinggi dibandingkan realisasi Oktober lalu yang sebesar 17,50 persen yoy.
Baca Juga
Perry menuturkan dari sisi penawaran kredit per November lalu, perbaikan intermediasi didukung oleh likuiditas yang lebih memadai. Pada saat bersamaan standar penyaluran kredit di perbankan juga tetap longgar.
“Dari sisi permintaan, kenaikan kredit dan pembiayaan ditopang oleh kredit kepada korporasi dan rumah tangga yang tetap baik. Secara keseluruhan, permintaan kredit perbankan yang positif ini turut mendukung pemulihan ekonomi nasional,” kata Perry.
Selaras dengan hal itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengimbau pelaku industri perbankan untuk mewaspadai risiko kredit di sektor manufaktur dan komoditas. Hal ini sejalan dengan adanya ancaman perlambatan ekonomi global pada 2023.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan bahwa industri jasa keuangan perlu mewaspadai perkembangan global yang diperkirakan mengalami pelemahan ekonomi. Oleh karena itu, otoritas telah menyiapkan sejumlah strategi sebagai langkah mitigasi.
Menurut dia, perlambatan ekonomi yang terjadi di tingkat global menimbulkan kerawanan bagi sektor komoditas ataupun industri tertentu. Oleh sebab itu, eksposur kredit perbankan yang menyasar dua sektor tersebut perlu dikawal dengan baik.
Sebelumnya, permintaan kredit korporasi mencatatkan perlambatan per November 2022 di tengah ancaman resesi global. Korporasi di sejumlah sektor lebih memilih memakai dana sendiri untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya dibandingkan meminta pendanaan dari perbankan.
Berdasarkan survei penawaran dan permintaan pembiayaan perbankan November 2022 dari Bank Indonesia, kebutuhan pembiayaan untuk korporasi terindikasi tumbuh melambat. Hal ini tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 13,2 persen per November 2022, lebih rendah dibandingkan 14,4 persen per Oktober 2022.