Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Kredit Macet Perbankan pada Kuartal IV/2022, Naik atau Turun?

Simak ramalan bankir soal kredit macet perbakan pada kuartal IV/2022 berdasarkan data OJK. Bakal naik atau turun?
Ilustrasi non-performing loan atau NPL perbankan. Istimewa
Ilustrasi non-performing loan atau NPL perbankan. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap prediksi atau ramalan terkait rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) pada akhir 2022 atau kuartal IV/2022. 

Dalam Hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) kuartal IV/2022, mayoritas responden meyakini bahwa risiko kredit perbankan relatif stabil dan terkendali seiring dengan keyakinan akan pertumbuhan penyaluran kredit disertai usaha bank untuk menjaga kualitas kreditnya.

"Didukung oleh kebijakan restrukturisasi dan hapus buku untuk menekan peningkatan NPL, responden memperkirakan bahwa risiko kredit NPL/NPF [non-performing financing] gross pada kuartal IV/2022 akan sedikit turun menjadi 2,68 persen dari 2,78 persen per September 2022," demikian dikutip Bisnis dari Laporan Profil Industri Perbankan Indonesia OJK pada Rabu (4/1/2023).

Seiring dengan perkiraan bankir itu, OJK telah mencatat bahwa rasio kredit macet perbankan terus menyusut.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan risiko kredit melanjutkan penurunan dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,75 persen, dan NPL gross 2,65 persen pada November 2022. 

Angka NPL gross perbankan pada November 2022 itu terhitung turun 7 basis poin (bps) dibandingkan Oktober 2022 yang mencapai 2,72 persen. Begitu juga dengan NPL nett per November 2022 yang turun 3 bps dibandingkan bulan sebelumnya 0,78 persen.

Sejumlah bank besar juga tercatat mengalami penurunan rasio kredit macetnya pada tahun lalu. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) misalnya mencatatkan penurunan NPL gross dari 3,81 persen per kuartal III/2021 menjadi 3,04 persen per kuartal III/2022. 

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan bahwa upaya penjagaan risiko kredit semakin krusial.

"BNI sendiri memiliki rasio NPL yang terus menurun dengan tingkat pencadangan yang sehat," katanya.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga mencatatkan penurunan NPL gross dari 3,29 persen per September 2021 menjadi 3,14 persen per September 2022.

Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang mencatatkan penurunan NPL gross dari kuartal III/2021 yang mencapai 2,36 persen menjadi 2,16 persen per kuartal III/2022.

Meski begitu, kredit macet akan menjadi tantangan bagi perbankan tahun ini seiring dengan kekhawatiran akan resesi global. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan BCA sudah meramalkan resesi secara global akan terjadi pada 2023.

Pasalnya, inflasi diperkirakan meninggi diikuti dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Kondisi ini membuat biaya produksi, khususnya untuk bahan baku impor, ikut meningkat.

“Kondisi-kondisi ini menyebabkan production cost pasti meningkat bagi para nasabah kami yang produsen,” ujar Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja BCA kuartal III/2022.

Menanggapi kondisi tersebut. Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bahwa saat resesi global, inflasi akan meninggi. Dia khawatir situasi tersebut akan membawa masalah pada kualitas kredit.

"Bagaimanapun bank mesti hati-hati di tengah terpaan resesi, NPL akan tinggi, bank juga harus siapkan CKPN [Cadangan Kerugian Penurunan Nilai] yang besar," ujarnya kepada Bisnis.

Menurutnya, restrukturisasi kredit Covid-19 untuk sektor umum akan berhenti pada Maret 2022. Dia menilai kecukupan pencadangan masih aman bank pada kategori besar.

Namun, untuk kategori menengah dan kecil, lanjutnya, kondisi tersebut, bisa kena dampak signifikan jika resesi global benar-benar terjadi pada tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper