Bisnis.com, JAKARTA — Ekonomi global diprediksi melambat pada 2023 yang rembetannya akan berdampak ke Tanah Air. Bagaimana industri asuransi melihat fenomena ini?
Direktur Teknik PT Reasuransi Maipark Indonesia Heddy Agus Pritasa melihat industri asuransi akan tetap tumbuh meskipun kondisi perekonomian tahun ini melambat.
“Di tengah prediksi melambatnya laju pertumbuhan ekonomi dunia, menurut saya industri asuransi akan tetap tumbuh di tahun 2023,” kata Heddy saat dihubungi Bisnis, awal pekan ini (29/1/2023).
Menurutnya, berdasarkan data statistik tahun lalu dan perkembangan di lapangan, industri asuransi umum tetap mampu tumbuh dobel digit meski menghadapi tekanan akibat pandemi virus corona.
Dia menambahkan pertumbuhan tersebut juga tercermin dari data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Pada kuartal ketiga tahun 2022 premi industri asuransi tumbuh 3,4 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara itu, sektor asuransi tumbuh 20 persen dan reasuransi tumbuh 5 persen.
Baca Juga
“Indikator pertumbuhan sektor asuransi pada 2023 ini juga [tetap tumbuh] dari pengamatan perkembangan di pasar asuransi sepanjang 2022,” ungkapnya.
Menurut data AAUI, premi industri asuransi mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,4 persen di triwulan ketiga 2022. Dengan porsi sebesar 22 persen dari premi industri, asuransi umum mencatatkan pertubumbuhan premi sebesar 20 persen dan reasuransi mencatatkan pertumbuhan premi sebesar 5 persen.
Premi dicatat asuransi umum triwulan ketiga 2022 tercatat sebesar Rp66,9 trilyun secara total, meningkat sebesar 20,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Posisi pertumbuhan ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan premi kuartal ketiga tahun 2019 sebelum terjadinya pandemi.
Presiden Direktur Asuransi Bintang Hastanto Sri Margi Widodo berkata lain. Dia menilai industri asuransi masih akan menghadapi tantangan di tengah prediksi perlambatan ekonomi.
Menurutnya perlambatan ekonomi dan peningkatan suku bunga acuan tentunya akan memicu penurunan konsumsi domestik. Tidak hanya itu, kondisi ini juga memicu laju pertambahan kredit dan diperburuk oleh peningkatan kompetisi pasar/penurunan margin.
“Kenaikan cost of good sold [Harga pokok penjualan] perusahaan asuransi dari naiknya harga dasar reasuransi dan penurunan Kapasitas menampung resiko,” kata Widodo kepada Bisnis, Selasa (31/1/2023).
Terkait dengan kedua hal di atas, lanjut dia, perusahaan asuransi harus melakukan langkah-langkah strategis untuk menjaga margin yang pastinya akan berdampak terhadap perolehan premi.
“Manifestasi dari langkah strategis ini telah kami lakukan dengan mulai membuka lini bisnis baru untuk Unit Link/Paydi,”katanya.
Di sisi lain, Laurentius Iwan Pranoto, SVP Communication, Event & Service Management Asuransi Astra menilai bahwa pemulihan ekonomi di Indonesia sudah terjadi dan berjalan dengan baik. Bahkan menurut International Monetary Fund (IMF) perekonomian Indonesia diproyeksikan tetap akan bertumbuh mencapai 5,0 persen.
Oleh sebab itu, Laurentius mengatakan bahwa Asuransi Astra tetap optimis dan menargetkan pertumbuhan pada 2023.
“Asuransi Astra menargetkan pertumbuhan secara berkesinambungan baik dari sisi pendapatan premi hingga sisi laba bersih pada semua lini bisnis kami,” kata Laurentius kepada Bisnis, Selasa (31/1/2023).
Tidak hanya itu, dia menyampaikan Asuransi Astra juga terdorong untuk selalu untuk sigap dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang terjadi di tengah pemulihan ekonomi.
Termasuk dengan terus menciptakan inovasi-inovasi baru melalui berbagai macam kolaborasi demi menjawab seluruh kebutuhan para pelanggan dengan memberikan keamanan dan kenyamanan atau peace of mind.
“Oleh karena itu, Asuransi Astra akan terus mengeksplorasi potensi dan juga opportunity dengan terus mengembangkan keahlian di bidang asuransi,” katanya.