Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen PT Pegadaian mengungkapkan penyebab laba bersih perusahaan tumbuh hingga 35,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp3,2 triliun sepanjang 2022. Pada posisi 2021, anggota Holding Ultra Mikro yang dipimpin PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI ini hanya memperoleh laba senilai Rp2,43 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Pegadaian Ferdian Timur Satyagraha mengatakan bahwa penyebab tumbuhnya laba Pegadaian karena didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya perusahaan sepanjang 2022.
“Di mana terdapat pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 4,5 persen dan efisiensi biaya usaha -4,0 persen, sehingga rasio BOPO [beban operasional terhadap pendapatan operasional] terjaga sebesar 71,2 persen persen di bawah realisasi 2021 sebesar 77,5 persen,” kata Ferdian kepada Bisnis, Jumat (10/2/2023).
Ferdian menjelaskan salah satu hal yang mendukung efisiensi biaya Pegadaian, yaitu berasal rata-rata biaya dana (cost of fund/CoF) yang terjaga pada posisi 4,8 persen, atau di bawah asumsi rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) sebesar 6,5 persen. Alhasil, lanjut Ferdian, hal tersebut telah memberikan efisiensi terhadap biaya bunga.
Setali tiga, Pegadaian juga menyatakan pertumbuhan aset pada 2022 mencapai Rp73,32 triliun. Ferdian mengungkapkan bahwa pertumbuhan aset Pegadaian didukung dengan program quick wins yang fokus dalam meningkatkan pertumbuhan bisnis yang sempat melandai pada periode sebelumnya.
Secara rinci, program quick wins tersebut terdiri dari program penetrasi pemasaran dan penjualan melalui program Kejutan Akhir Tahun (KAT) dengan memberikan cashback, tarif khusus, diskon penjualan dan sweetener bagi nasabah.
Baca Juga
Kemudian, penguatan seluruh channel penjualan yang ada, baik internal (Outlet, Sales, Marketing) dan eksternal (Agen Pegadaian, Outlet SenyuM, Partnership), serta seluruh karyawan organik dapat terlibat melalui program internal, yaitu Employee Get Customer.
Di samping itu, Pegadaian juga melakukan penguatan monitoring dan evaluasi untuk memastikan eksekusi dengan melibatkan Senior Management untuk membina langsung area berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan.
“Program-program ini berkontribusi terhadap peningkatan outstanding loan yang merupakan portofolio aset terbesar mencapai 80 persen dari total aset,” ungkapnya.
Tercatat, outstanding loan milik Pegadaian mencapai Rp59 triliun tumbuh 12,6 persen yoy pada 2022. Selain itu, aset tetap sebesar Rp11,6 triliun atau tumbuh 8,5 persen yoy yang turut memberikan kontribusi terhadap pencapaian total aset sebesar Rp73,4 persen pada 2022.
Sejalan dengan kinerja positif sepanjang 2022, Pegadaian optimistis dapat mencapai pertumbuhan dua digit pada 2023 untuk kinerja bisnis dan keuangan.
“Di tengah optimisme pemulihan ekonomi global dan Indonesia pada 2023, PT Pegadaian yakin memproyeksikan double-digit-growth untuk kinerja bisnis dan keuangan dengan target penyaluran pembiayaan [outstanding loan] sebesar Rp63 triliun atau tumbuh 13 persen dan proyeksi laba bersih sebesar Rp4 triliun atau tumbuh 24 persen,” pungkasnya.
Sementara itu, untuk tahun 2023, Pegadaian mengusung tema Growing Stronger: Peningkatan skala bisnis melalui Integrated Financial & Gold Ecosystem, sehingga arah perusahaan kedepan adalah tumbuh secara eksponensial yang berfokus pada enam hal.
Nantinya, lanjut Ferdian, keenam fokus tersebut akan didukung dengan penguatan ekosistem finansial dan emas. Artinya, Pegadaian ke depan akan lebih mengoptimalkan bagi sektor ultra mikro, serta sinergi bisnis lainnya dalam koridor industri keuangan, serta rencana inorganic growth. Selain itu, Pegadaian juga telah bersiap menjadi pioneer dalam rencana implementasi Bullion Services pertama di Indonesia.