Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADMF hingga BFIN Raup Laba Dua Digit Sepanjang 2022

Tahun 2022 menjadi titik balik sejumlah perusahaan multifinance seperti ADMF hingga BFIN setelah dihantam pandemi Covid-19.
Pengunjung melihat mobil yang dipamerkan pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 di Jakarta, Jumat (28/4). - JIBI/Dedi Gunawan
Pengunjung melihat mobil yang dipamerkan pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 di Jakarta, Jumat (28/4). - JIBI/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah perusahaan pembiayaan menutup 2022 dengan pertumbuhan laba dua digit.

Adapun tahun lalu menjadi titik balik sejumlah perusahaan multifinance setelah dihantam pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari data-data yang dirangkum oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Mengutip data OJK yang dipublikasikanpada Senin (30/1/2023), terdapat 153 unit perusahaan pembiayaan dengan total aset mencapai Rp487,91 triliun pada Desember 2022. Selain itu, liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing bernilai Rp339,33 triliun dan Rp148,58 triliun.

Di samping itu, OJK mencatat laba bersih setelah pajak yang dibukukan perusahaan pembiayaan mengalami pertumbuhan yang melonjak hingga 33,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Nilainya naik dari Rp15,29 triliun menjadi Rp20,36 triliun pada Desember 2022.

Perolehan laba tersebut berasal dari pendapatan yang membukukan Rp105,63 triliun, atau tumbuh 10,25 persen yoy dari Rp95,82 triliun. Utamanya, berasal dari pendapatan operasional yang tumbuh 11,9 persen yoy menjadi Rp103,91 triliun dari semula hanya bernilai Rp92,87 triliun.

Kendati demikian, total beban pada perusahaan pembiayaan juga terpantau merangkak naik hingga 4,8 persen yoy, dari sebelumnya Rp76,14 triliun menjadi Rp79,77 triliun.

Berikut Bisnis rangkum perusahaan pembiayaan yang telah mengumumkan capaian 2022 dengan perolehan laba mencapai dua digit:

1. BCA Finance

Perusahaan pembiayaan PT BCA Finance membukukan laba bersih tahun berjalan senilai Rp1,94 triliun sepanjang 2022. Perolehan laba tersebut tumbuh 14,1 persen yoy.

Laba bersih senilai Rp1,94 triliun yang dibukukan BCA Finance berasal dari kenaikan total pendapatan perusahaan yang tumbuh 6,1 persen yoy pada 2022. Sampai dengan 31 Desember 2022, BCA Finance mencatatkan total pendapatan senilai Rp3,58 triliun dari sebelumnya bernilai Rp3,37 triliun. 

 “NPAT [laba bersih setelah pajak] naik karena booking naik,” kata Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim kepada Bisnis, Selasa (14/2/2023).

Di samping itu, anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) itu juga mengalami penyusutan pada jumlah beban yang dibukukan perusahaan sepanjang 2022. Jumlah beban BCA Finance turun 7,9 persen yoy dari Rp1,2 triliun menjadi Rp1,1 triliun.

Beralih dari kinerja lain, total aset yang dimiliki BCA Finance tumbuh 1,40 persen yoy, naik dari Rp8,37 triliun menjadi Rp8,49 triliun sepanjang 2022.

Sementara itu, jumlah liabilitas BCA Finance turun 7,20 persen yoy menjadi Rp2,1 triliun dari semula Rp2,27 triliun. Namun, total ekuitas tumbuh 4,6 persen yoy dari sebelumnya Rp6,1 triliun menjadi Rp6,38 triliun pada Desember 2022.

2. BFI Finance

Emiten pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) dan entitas anak membukukan laba tahun berjalan senilai Rp1,8 triliun sepanjang 2022. Perolehan laba tersebut melonjak 59,7 persen secara tahunan dari sebelumnya senilai Rp1,13 triliun pada Desember 2021.

Manajemen BFIN menyampaikan perolehan laba senilai Rp1,8 triliun sepanjang 2022 disebabkan oleh mobilisasi masyarakat yang kembali aktif yang diikuti dengan daya konsumsi yang mulai menggeliat.

Finance Director BFI Finance Sudjono menuturkan sejumlah faktor tersebut membuat industri pembiayaan nasional ikut terkerek dengan tren pertumbuhan dan kualitas yang baik sepanjang tahun berjalan.

BFI Finance dan entitas anak membukukan laba tahun berjalan senilai Rp1,8 triliun sepanjang 2022. Perolehan laba tersebut naik 59,7 persen secara tahunan dari sebelumnya hanya mencapai Rp1,13 triliun pada Desember 2021. 

“Capaian positif ini tak lepas dari kondusifnya perekonomian nasional sepanjang tahun lalu yang ditunjang oleh ekspor yang gencar dibarengi derasnya aliran investasi ke berbagai sektor usaha,” kata Sudjono dalam keterangan tertulis, Selasa (14/2/2023). 

Adapun, BFIN optimistis pembiayaan perusahaan dapat tumbuh di angka 25 persen pada tahun ini, seiring dengan tren kinerja pertumbuhan perusahaan sepanjang 2022. Dia merincikan bahwa pembiayaan pada kuartal IV/2022 sudah meningkat lebih dari 40 persen jika dibandingkan dengan posisi kuartal I/2022. 

“Jadi, dengan mempertahankan nilai pembiayaan yang sama dengan kuartal IV/2022, di akhir 2023 nilai pembiayaan sudah meningkat 25 persen,” kata Sudjono kepada Bisnis, Selasa (14/2/2023). 

Di samping itu, Sudjono menyampaikan bahwa emiten bersandi saham BFIN itu juga menyalurkan total pembiayaan baru (booking) tertinggi sepanjang sejarah perusahaan dengan nilai mencapai Rp20 triliun atau naik 52,7 persen yoy.

3. Adira Finance

Selanjutnya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance juga membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp1,6 triliun pada kuartal IV/2022. Perolehan laba tersebut tumbuh dua digit atau sebesar 32,3 persen yoy dari tahun sebelumnya yang bernilai Rp1,21 triliun.

Presiden Direktur Adira Finance I Dewa Made Susila menyampaikan bahwa pertumbuhan laba perusahaan disebabkan penurunan pada biaya bunga dan biaya kredit di sepanjang tahun 2022.

“Beban bunga tercatat turun sebesar 34 persen menjadi Rp729 miliar dampak adanya penurunan pada jumlah pinjaman dan biaya pendanaan,” kata Made dalam Media Update Adira Finance di Jakarta, Jumat (10/2/2023).

Sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi dan bisnis, Made menuturkan bahwa biaya kredit perusahaan tercatat menurun sebesar 35 persen yoy menjadi Rp907 miliar. Alhasil, rasio return-on-asset (ROA) dan return on equity (ROE) yang dimiliki Adira Finance masing-masing menjadi 8,6 persen dan 17,4 persen di tahun 2022.

Per posisi Desember 2022, kualitas aset Adira Finance atau gross non-performing loan (NPL) konsolidasi yang dikelola di level 1,7 persen. Rasio NPL perusahaan turun dari sebelumnya sebesar 2,3 persen pada 2021. 

Adapun untuk tahun ini, Made menuturkan pihaknya berharap laba yang dibukukan perusahaan mengalami pertumbuhan lebih besar lagi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 

“Laba hasil paling ujung. Kita enggak bisa nebak laba, tapi kita ingin Adira Finance lebih tumbuh lagi. Kita mau balik seperti sebelum Covid-19 tahun ini, nanti kita lihat [pertumbuhan labanya],” ujarnya. 

Sementara itu, emiten bersandi saham ADMF itu membidik pembiayaan baru dapat tumbuh di kisaran 15 – 20 persen dengan kontribusi pembiayaan motor sebesar 35 persen, sebanyak 50 persen berasal dari mobil, lalu 15 persen refinancing dana tunai atau multiguna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper