Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Geliat KUR di Tengah Ekspansi BRI

Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatatkan realisasi KUR pada tahun lalu Rp252,3 triliun dari Rp365,50 triliun yang disalurkan.
Pedagang cabai melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta. Pembiayaan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui kredit usaha rakyat (KUR) diharapkan dapat memberi nilai tambah pada perekonomian. Bisnis/Eusebio Chysnamurti
Pedagang cabai melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta. Pembiayaan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui kredit usaha rakyat (KUR) diharapkan dapat memberi nilai tambah pada perekonomian. Bisnis/Eusebio Chysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Capaian kredit usaha rakyat (KUR) kembali menembus rekor baru. Hingga akhir 2022, secara  nasional pencairan KUR menjadi Rp365,50 triliun. Sebagian besar kredit dengan bunga terjangkau ini digerakkan oleh jaringan PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. (BBRI).

Rekor penyaluran KUR ini melonjak 29,67 persen secara tahunan. Pada akhir periode 2021, KUR tersalurkan sebesar Rp281,86 triliun. Meski demikian, capaian ini kurang sedikit lagi dari target pemerintah sebesar Rp 373,17 triliun atau baru 97,95 persen.  

KUR yang menjadi program menggerakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah memang telah semakin berkembang. Program ini didanai dari kreativitas perbankan baik berupa deposito, tabungan, hingga obligasi.

Dalam pelaksanaan KUR dana komersil ini kemudian disalurkan menjadi pinjaman bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kelebihannya, beban bunga yang mencapai 16 persen, sebesar 10 persen ditanggung negara dengan APBN. Sedangkan sisanya sebesar 6 persen ditanggung oleh masyarakat. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan KUR  menjadi salah satu bentuk dukungan pemerintah bagi UMKM. Pembiayaan dengan bunga murah ini, ke depan akan terus ditingkatkan.

Menurut Airlangga, pada 2023 ini besaran KUR akan kembali ditingkatkan menjadi Rp450 triliun atau naik 20 persen dibandingkan alokasi tahun lalu. 

"Pemerintah akan terus mendukung pertumbuhan UMKM, terutama dari aspek pembiayaan," kata Airlangga, pertengahan Februari lalu.

Dari awalnya sebagai bantalan pengembangan UMKM, KUR memang telah bertransformasi menjadi alat untuk menggerakkan ekonomi rakyat. Terutama karena memberikan efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian. Bunga murah dan putaran uang dari kredit membawa perputaran bisnis di tengah masyarakat ikut tumbuh. 

UMKM sendiri menjadi fokus karena sektor ini telah terbukti menjadi penopang sendi negeri untuk terus tumbuh dari krisis ekonomi ke krisis ekonomi. Data Badan Pusat Statistik 2017 mencatat, kelompok masyarakat kecil ini menjadi penyumbang  60,34 persen produk domestik bruto (PDB), juga 96,9 persen penyerap tenaga kerja. BPS mengkategorikan 99,9 persen dari pelaku usaha yang ada saat ini sebagai UMKM. 

Dengan peran besar UMKM ini, maka KUR memainkan instrumen penting. Pembiayaan formal dari perbankan dengan bunga relatif kecil akan membawa UMKM dapat naik kelas. 

Minat tinggi dari pelaku UMKM terhadap KUR juga terlihat nyata. Penyaluran kredit terpantau terus meningkat setiap tahunnya. Saat pertama kali digulirkan pada 2007 dengan skema subsidi imbal jasa penjaminan (IJP), penyaluran KUR baru mencapai Rp0,98 triliun. 

Jumlah ini kemudian melonjak hingga Rp40,2 triliun pada akhir 2014. Sedangkan dalam rentang 7 tahun atau 2007-2014, total KUR yang disalurkan mencapai Rp175,54 triliun.

Melalui skema IJP, pemerintah membayar premi kepada perusahaan penjaminan. Dengan premi ini, perusahaan penjaminan menanggung debitur yang tidak memiliki jaminan untuk mengajukan kredit.

Pada 2015, pemerintah memperluas skema KUR dari semula subsidi imbal jasa penjaminan menjadi penurunan bunga yang ditanggung masyarakat. Bunga 9 persen diluncurkan agar lebih banyak UMKM dapat dijangkau namun tidak terlalu terbebani dengan bunga pinjaman. 

Pada tahun pertama digulirkan, KUR tersalurkan Rp22,75 triliun dari target Rp30 triliun. Ada 1,01 juta orang yang terlayani dengan pinjaman lunak ini. 

Skema subsidi bunga ini menarik banyak peminat. Pada 2016 target penyaluran dilipat tigakan menjadi Rp100 triliun. Hasilnya, bank penyalur berhasil mengguyur dana segar ke tengah UMKM sebesar Rp94,4 triliun untuk 4,39 juta debitur. Penyaluran KUR terus menanjak menjadi Rp96,7 triliun (2017), Rp120,3 triliun (2018), serta menjadi Rp140,1 triliun (2019).

Dunia kemudian diserang pandemi Covid-19 pada akhir 2019 meski baru resmi diumumkan ada di Indonesia pada awal 2020. Saat bencana kesehatan ini menghambat aktivitas ekonomi akibat pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), KUR turut menjadi bantalan. 

Sebanyak Rp198,53 triliun dana disalurkan ke UMKM lewat program KUR. Nilai itu melonjak menjadi Rp281,86 triliun pada 2021 dan menyentuh rekor baru Rp365,50 triliun pada tahun lalu. 

Peran BRI dalam menyalurkan KUR

Peran penyaluran KUR sendiri berdasarkan data dari Kemenko Perekonomian, ditopang oleh jangkauan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dari Rp365,50 triliun penyaluran tahun lalu, bank yang mengkhususkan dirinya bagi nasabah mikro itu mencatatkan penyaluran Rp252,38 triliun. Jumlah ini setara dengan 69,05 persen realisasi penyaluran KUR pada 2022 lalu.

Dengan mengacu data sejak era subsidi bunga, BRI tercatat menyalurkan KUR sebesar 16,18 triliun (2015), Rp69,45 triliun (2016), Rp69,6 triliun (2017), Rp80,17 triliun (2018), Rp87,9 triliun (2019), Rp138,54 triliun (2020). Kemudian pada 2021 realisasi KUR BRI naik menjadi Rp194,85 triliun.    

Supari, Direktur Bisnis Mikro BRI menyebutkan KUR menggunakan likuiditas bank yang dimobilisasi dari tabungan dan deposito masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya sangat berhati-hati menjalankan kredit program ini. 

Menurutnya, dalam program KUR  yang mengenakan bunga 6 persen ditanggung masyarakat, terdapat subsidi pemerintah sebesar 10 persen. Upaya untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat kecil ini juga ditunjukkan oleh BRI dengan komiten penyaluran KUR yang tinggi. 

"BRI terus berkomitmen menyalurkan KUR untuk grass root dan mendorong perekonomian di masyarakat," katanya dalam paparan kinerja tahunan pada awal Februari 2023 lalu.  

Komitmen ini ditunjukkan BRI pada 2022 lalu dengan menyalurkan rata-rata Rp1 triliun per hari bagi nasabah KUR. 

Sunarso, Direktur Utama BRI menekankan pihaknya akan terus mengembangkan bisnis bersama pelaku usaha mikro. Saat ini pihaknya meningkatkan layanan keuangan bagi kelompok usaha ultra mikro. 

Hasilnya, kredit BRI untuk kelompok mikro melonjak tiga kali lipat menjadi 15 juta nasabah. Saat memberi pemaparan di Komisi IX DPR, Sunarso menekankan kelompok usaha kecil ini terbukti menjaga kepercayaan dengan tingkat kredit macet yang relatif rendah. 

Tercatat NPL program KUR sebesar 0,83 persen. Perinciannya untuk KUR Mikro memiliki kredit macet (NPL) 0,78 persen, KUR  kecil miliki NPL 0,67 persen, sedangkan KUR super mikro memiliki NPL 3,63 persen.

Pelaku usaha ini juga menjadi sumber pertumbuhan baru bagi BRI karena banyaknya pelaku usaha kelompok ultra mikro yang belum tersentuh layanan keuangan formal. 

"BRI berkomitmen untuk memberi economic value dan social value. BRI adalah banknya rakyat dan berbisnis dengan rakyat," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper