Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) akan mulai mengembangkan desain Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah Digital mulai Juli 2023.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam High Level Seminar ‘Asean Matters – Epicentrum of Growth’, Senin (6/3/2023).
“Kami sudah menerbitkan consultative paper. Mulai Juli 2023, kami akan mulai project design [Rupiah Digital],” katanya.
Pada Keketuaan Indonesia di Asean 2023, BI mendorong pengembangan CBDC lebih lanjut di kawasan. Sejumlah negara yang telah menginisiasi pengembangan CBDC diantaranya Singapura, Malaysia, Thailand, termasuk Indonesia.
Perry mengatakan, pada Presidensi G20 Indonesia tahun lalu, Indonesia telah mendorong inisiatif global terkait CDBC. Tidak hanya pilihan model desain, tetapi juga CBDC lintas batas dan juga CBDC untuk mendukung inklusi keuangan.
“Tahun ini, di bawah Keketuaan Indonesia di Asean, kami juga akan terus mendorong pengembangan CBD di kawasan,” kata Perry.
Baca Juga
Sebagai informasi, BI telah menerbitkan consultative paper Rupiah Digital Tahap I pada awal 2023 untuk menampung masukan atau pandangan masyarakat atas konsep pengembangan Rupiah Digital.
Consultative Paper tersebut merupakan tindak lanjut dari penerbitan white paper Proyek Garuda yang diluncurkan BI pada 30 November 2022, serta merupakan desain Pengembangan Rupiah Digital di tahapan immediate state, yaitu wholesale Rupiah Digital cash ledger.
Dalam hal ini, masyarakat dapat memberikan masukan atau pandangan atas Consultative Paper Rupiah Digital Tahap I pada dua area.
Pertama, yaitu tentang fungsionalitas, mencakup akses, penerbitan/pemusnahan, transfer dana, serta kapabilitas teknis & aspek 3I (integrated, interconnected, dan interoperable).
Kedua, yaitu tentang pertimbangan umum, yang mencakup teknologi skalabilitas dan resiliensi, serta implikasi terhadap sistem pembayaran, sistem keuangan, dan moneter.