Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (BBNI) siap menggelar aksi korporasi pembelian kembali saham perseroan (buyback) dengan nilai Rp905 miliar atau 10 persen dari total modal disetor.
Manajemen BNI menjelaskan aksi korporasi itu harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS) sesuai Pasal 2 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 30/2017.
Perseroan pun telah melakukan pemanggilan RUPS Tahunan untuk tahun buku 2022. RUPS Tahunan itu akan diselenggarakan pada 15 Maret 2023.
Salah satu mata acara dalam RUPS Tahunan adalah persetujuan atas rencana buyback perseroan dan pengalihan saham hasil buyback yang disimpan sebagai saham treasuri.
"Dalam RUPS Tahunan, perseroan akan mengusulkan kepada pemegang saham untuk menyetujui buyback yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah nilai nominal seluruh buyback sebesar-sebesarnya Rp905 miliar," tulis manajamen BNI dalam keterbukaan informasi pada Jumat (10/3/2023).
Sementara itu, periode buyback saham ini diperkirakan akan berlangsung sehari setelah RUPS Tahunan digelar atau pada 16 Maret 2023 hingga 15 September 2024.
Baca Juga
Manajemen BNI menjelaskan alasan yang mendorong aksi korporasi tersebut adalah untuk mengimbangi tekanan jual di pasar saat indeks harga saham gabungan (IHSG) sedang berfluktuasi.
Buyback saham itu juga dilakukan untuk memberikan keyakinan kepada investor. Perseroan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental yang terus membaik.
Valuasi saham BBNI yang dilihat dari price to book value (PBV) per 8 Maret 2023 mencapai 1,22x, berada di bawah rata-rata 10 tahun yang sebesar 1,40x. "Kondisi ini mengindikasikan saham perseroan saat ini masih undervalued," tulis manajemen BNI.
Sebelumnya manajemen BNI juga menyebutkan pada awal 2023, IHSG sempat naik turun. Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti sentimen The Fed yang masih mengisyaratkan lebih banyak kenaikan suku bunga, dampak geopolitik yang masih berlanjut, hingga isasi kebijakan pandemi di China yang menyebabkan foreign outflow ke China setelah 3 tahun lockdown.