Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) gencar menggarap potensi pasar di Afrika seiring dengan potensi ekspor yang besar, sampai US$8,16 miliar atau Rp126,19 triliun.
Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Rumantir mengatakan Afrika adalah benua yang memiliki potensi sangat besar sehingga disebut sebagai future continent. Potensi ekspor Indonesia ke pasar Afrika secara keseluruhan mencapai Rp126,19 triliun dengan nilai potensi yang belum dimanfaatkan mencapai US$4,56 miliar atau Rp70,5 triliun.
Adapun, produk ekspor Indonesia ke Afrika secara agregat dengan daya saing tinggi di antaranya adalah produk sawit dan turunannya, sabun, kopi, kendaraan bermotor, pipa, saus, produk kertas, dan produk karet.
Melihat potensi itu, BNI pun gencar mengembangkan pasar di Afrika. "Tentunya kami akan berupaya memberikan value added guna memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Afrika," kata Silvano dalam keterangan tertulis pada Rabu (8/3/2023).
BNI mempunyai 21 bank koresponden di sembilan negara Afrika. BNI mempunyai sejumlah produk mulai dari pembiayaan ekspor-impor baik untuk korporasi, komersial, hingga pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Fasilitas kredit yang diberikan berupa kredit modal kerja, kredit investasi, supply chain financing, fast trex hingga co-financing.
Di samping itu, ada pula fasilitas non cash loan seperti penerbitan letter of credit maupun stand by letter of credit guna memfasilitasi perusahaan di Indonesia untuk berinvestasi di Afrika.
Baca Juga
"Dalam melayani potensi pasar Afrika ini, sejalan dengan aktifitas BNI lainnya, kami akan terus menjalankan prinsip kehati-hatian perbankan untuk menjaga pertumbuhan yang sehat dan sustain,” ujar Silvano.
Sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar juga mengatakan tahun ini BNI akan menggenjot transaksi luar negeri, khususnya ekspor melalui berbagai strategi. Pertama, BNI akan memanfaatkan program hilirisasi pemerintah. "Kami ke depan akan fokus ke hilirisasi, karena di sana pertumbuhan ekspornya luar biasa. Misalnya di komoditas nikel itu tumbuh pesat," katanya beberapa waktu lalu.
Kedua, BNI akan fokus mengatasi masalah bea cukai melalui kerja samanya dengan maskapai penerbangan.
Ketiga, BNI memanfaatkan program yang sudah berjalan, yakni BNI Xpora. Program ini memfasilitasi UMKM untuk mendapatkan dukungan berupa peningkatan kapasitas dan kualitas produksi, edukasi penyusunan laporan keuangan, serta dukungan akses pemasaran produk ke luar negeri melalui business matchmaking dengan buyer di pasar global.
Selain itu, BNI Xpora juga didukung dengan fitur-fitur digital untuk mempermudah UMKM dalam memanfaatkan layanan terintegrasi BNI.
Keempat, memanfaatkan restoran Indonesia di luar negeri dalam menggenjot sektor kuliner. "Banyak restoran Indonesia di luar negeri, tapi bumbu dan rasanya beda. Kita garap industri ini, kita kasih kredit juga, misal bantu standarisasi bumbu, bea cukai dengan airline dimudahkan. Ini bisa menjadi awal baik agar makanan Indonesia semakin dikenal dan meningkatkan ekspor," kata Royke.
BNI sendiri mencatatkan peningkatan transaksi ekspor pada 2022 sebesar 55 persen secara tahunan (year on year/yoy). Volume perdagangan ekspor di BNI tercatat sebesar Rp66,21 triliun pada 2022.
Melalui BNI Xpora, perseroan telah menyalurkan kredit ekspor Rp26,72 triliun. Kemudian, transaksi remitansi BNI tercatat mencapai US$108 miliar pada 2022. Selain itu, BNI mencatatkan penyaluran kredit oleh kantor cabang luar negerinya sebesar US$1,7 miliar sepanjang 2022.