Bisnis.com, JAKARTA – Proyek smelter alumunium milik konglomerat Boy Thohir melalui anak usaha PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), yakni PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) dikabarkan kesulitan mendapatkan kredit dari perbankan.
Berdasarkan laporan Financial Times, bank-bank global yang sebelumnya telah memberikan pinjaman kepada Grup Adaro, termasuk Bank DBS Singapura menyatakan tidak akan terlibat dalam pembiayaan proyek smelter tersebut.
Standard Chartered dari Inggris yang kerap bekerja sama dengan perusahaan milik Boy Thohir itu juga menyatakan tidak akan berpartisipasi khusus terkait kredit smelter.
Kemudian, seorang eksekutif di salah satu bank global kepada Financial Times mengatakan Adaro telah membahas pembiayaan untuk smelter alumunium itu.
Akan tetapi, bank global tersebut telah berjanji untuk berhenti mendanai bisnis yang terkait dengan batu bara karena tidak sesuai dengan prinsip environmental, social and governance (ESG).
Dalam laporan Financial Times itu, dua orang juga mengatakan Adaro telah mendekati bank-bank Eropa seperti BNP Paribas, ING, dan Commerzbank untuk mencari pinjaman. Namun, semua bank menolak berkomentar.
Baca Juga
Kemudian, proyek smelter Adaro berharap tuah kredit dari bank nasional seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI). Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo memang tidak menjelaskan secara gamblang mengenai fasilitas kredit kepada smelter alumunium milik Adaro.
Namun, Okki mengatakan Adaro merupakan mitra bank, khususnya dalam menciptakan nilai tambah di industri sumber daya alam.
"Eksposure pembiayaan terhadap BNI di industri smelter juga sudah cukup besar, baik itu smelter gold, copper, alumina maupun nikel," kata Okki kepada Bisnis pada Senin (6/3/2023).
Ke depannya, BNI juga mempunyai beberapa pipeline kredit ke industri smelter metallic minerals. Hal ini sebagai upaya dalam mendorong hilirisasi industri tambang yang diinisiasi pemerintah.
"Sebagai bank milik negara tentunya kami juga menyambut baik upaya hilirisasi yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo [Jokowi]," ujar Okki.
Pembiayaan ke sektor hilirisasi, termasuk smelter juga menurut BNI potensial.
"Kami optimistis dengan program hilirisasi ini, pertumbuhan ekspor memang luar biasa terutama di nikel dan besi," katanya.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar juga mengatakan BNI akan menggeber penyaluran kredit hilirisasinya tahun ini. BNI pun membentuk tim khusus untuk menganalisis berbagai risiko penyaluran kredit kepada berbagai perusahaan terkait hilirisasi, seperti smelter.
“Kita menyiapkan tim yang mengerti industri. BNI siapkan kapabilitasnya untuk masuk ke hilirisasi,” katanya.
BNI sendiri mencatatkan penyaluran kredit Rp646,19 triliun pada 2022, tumbuh 10,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit tersebut paling jumbo mengalir pada sektor perindustrian tembus Rp133,89 triliun, tumbuh 9,77 persen yoy. Porsi penyaluran kredit pada sektor perindustrian tersebut tercatat sebesar 20,7 persen.
Adapun, industri yang menjadi andalan bagi BNI dalam mendongkrak kredit korporasinya adalah sumber daya alam, manufaktur, dan bisnis jasa.
Outstanding kredit di sumber daya alam bertumbuh 157 persen yoy, manufaktur tumbuh 13 persen yoy, dan bisnis jasa tumbuh 23 persen yoy.
Proyek smelter alumunium dari KAI sendiri ditargetkan beroperasi pada semester I/2025. Smelter ini digadang-gadang menjadi smelter alumunium terbesar di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$2 miliar.
Smelter Adaro Minerals
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat mengatakan pembangunan smelter tersebut dilakukan untuk mendukung rencana hilirisasi mineral pemerintah guna menghasilkan nilai tambah untuk mendukung pendapatan negara dan penerimaan devisa.
“Kami berkomitmen untuk membangun smelter aluminium terbesar di Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi, pekan lalu (1/3/2023).
Cristian Ariano mengklaim pembangunan proyek ini dapat memberikan dampak positif seperti mengurangi impor aluminium, menghasilkan proses dan nilai tambah untuk alumina, serta meningkatkan penerimaan pajak.
Pekan lalu, Presiden Jokowi telah meninjau pembangunan smelter alumunium di Kalimantan Utara itu. Tinjauan Jokowi memberikan beberapa catatan, antara lain berbagai izin yang dibutuhkan telah selesai diproses, seperti izin lingkungan yang diperoleh pada Desember 2021, yang diperluas untuk mengakomodasi dermaga.
Sementara itu, masterplan dan detail engineering design sedang dalam persiapan. KAI juga telah melakukan beberapa pengembangan pada tahap pra konstruksi.
Beberapa long lead item telah dipesan dan dibayar, dermaga untuk kegiatan konstruksi sedang dibangun, dan alat berat serta material telah diantarkan ke lokasi. Peralatan utama pembangkit listrik untuk mendukung operasi smelter pada tahap pertama sedang dibangun.