Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menargetkan kurang lebih dalam sebulan izin operasional kantor cabang penuh (full branch) di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) bisa didapatkan. Setelah itu, ekspansi ke negara lainnya termasuk ke Arab Saudi siap dijalankan.
Direktur Treasury & International Banking BSI Moh Adib mengatakan saat ini kantor BSI di Dubai masih bersifat kantor perwakilan (representative office). Sementara perseroan sedang mengurus perizinan dengan otoritas setempat untuk mendapatkan lisensi full branch.
"Tidak akan lama lagi lisensi full branch segera keluar," kata Adib beberapa waktu lalu di Jakarta.
Ada beberapa bisnis yang bisa BSI garap dengan full branch di antaranya terkait finansial, ekspor dan impor, sindikasi, desk capital market, hingga agen untuk sukuk. Bisnis lainnya terkait ritel dari diaspora hingga remitensi.
Kantor cabang itu nantinya akan menjadi jembatan untuk menghubungkan Indonesia dengan pusat ekonomi syariah dunia.
"Kalau dilihat potensinya transaksi ekspor impor perdagangan dengan UEA volumenya kira-kira US$4 miliar hingga US$5 miliar. Sementara, sampai saat ini belum ada satupun perbankan nasional yang beroperasi di sana. Jadi potensinya ini cukup besar khususnya pasar syariah," kata Adib.
Baca Juga
Menurut Adib, selama ini pasar ekspor impor antara Indonesia dan UEA dikuasai bank asing. BSI sendiri berupaya meraup 10 persen hingga 20 persen pasar ekspor impor tersebut.
Wakil Direktur Utama BSI Bob Tyasika Ananta mengatakan dalam upaya ekspansinya itu, tahun ini perseroan memang menargetkan agar lisensi full branch di Dubai segera terbit. "Itu tidak terlalu lama lagi, sebulan dua bulan ke depan sudah ada," ujar Bob.
Seiring dengan itu, BSI mengincar ekspansi ke negara lain. Akan tetapi, dia tidak mengungkapkan negara mana yang saat ini sedang dijajaki.
"Negara lain iya kita jajaki, tapi tentunya harus mendapatkan support dari berbagai macam. Sementara kapan mulainya, perlu beberapa waktu," ungkap Bob.
BSI sendiri memang berencana ekspansi ke negara lainnya dengan ekonomi kuat seperti Inggris, Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan juga Arab Saudi.
Khusus untuk kawasan Timur Tengah seperti Arab Saudi, BSI berupaya masuk karena potensi bisnis yang sangat besar. Potensi ini antara lain adalah haji dan umrah karena Indonesia menjadi penyumbang terbesar jemaah haji di Arab Saudi.
Ekspansi ke berbagai negara potensial itu dilakukan seiring dengan target BSI masuk dalam 10 besar bank syariah terbesar dunia pada 2025.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan BSI mempunyai potensi untuk menjadi salah satu bank syariah terbesar dunia. Erick sendiri menargetkan BSI yang saat ini menempati peringkat 14 bank syariah dunia dapat masuk dalam 10 besar bank syariah terbesar dunia pada 2025.
BSI menurut Erick telah tumbuh menjadi bank syariah terbesar di Indonesia. "Alhamdulillah kinerja BSI sepanjang tahun lalu tumbuh signifikan. Kita bisa lihat dari laba bersih BSI yang mencapai Rp 4,26 triliun atau tumbuh 40,68 persen secara year-on-year di akhir 2022," ujar Erick.
Seiring dengan target menjadi bank syariah dunia itu, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo juga menyebutkan BSI kemungkinan akan mendapatkan investor strategis global. “Kita terus berproses, kita ingin sebenarnya BSI jadi pemain di global ekosistem,” katanya.
Masuknya investor itu sejalan dengan keluarnya kepemilikan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) di BSI.
“Ini akan dilihat komposisinya di pasar, BNI dan BRI exit, siapa yang akan gantikan, dan berapa size-nya?” ujarnya.