Akan tetapi, bank milik konglomerat lainnya mencatatkan kinerja laba yang kurang memuaskan. PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) milik Dato Sri Tahir misalnya mencatatkan penyusutan laba bersih 21,64 persen yoy menjadi Rp35,51 miliar pada kuartal I/2023.
Tahir menguasai Bank Mayapada melalui PT Mayapada Karunia Corporation sebagai pemegang saham pengendali dengan porsi kepemilikan 29,89 persen. Dato Sri Tahir juga mempunyai saham pribadi di Bank Mayapada dengan porsi kepemilikan 4,79 persen.
PT Bank Panin Tbk. (PNBN) milik konglomerat Mukmin Ali Gunawan juga mencatatkan penurunan laba bersih 9,8 persen yoy menjadi Rp589,52 miliar pada kuartal I/2023.
Kemudian, laba bersih PT Bank Jago Tbk. (ARTO) susut 8 persen yoy menjadi Rp17,5 miliar. Bank Jago merupakan bank milik taipan Jerry Ng. Taipan ini menggenggam saham ARTO melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia dengan porsi kepemilikan 29,8 persen. Sebelum membesut bank digital, Jerry Ng merupakan bankir senior yang pernah menangani PT Bank BTPN Tbk. (BTPN).
Sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan bank-bank milik konglomerat ini mempunyai keunggulan dari sisi ekosistem yang luas. Sebab, selain di bisnis bank, konglomerat mempunyai lini bisnis lainnya yang bisa disinergikan.
"Beberapa konglomerasi yang memiliki usaha-usaha kemudian disalurkan pembayarannya, investasi, dan pembiayaannya ke grup tersebut. Lalu akan memberikan sisi positif," katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, bank-bank besutan konglomerat juga mempunyai keunggulan dari sisi margin bunga bersih (net interest margin) yang tinggi. "Untuk bank-bank konglomerasi, umumnya mereka punya NIM yang tinggi," kata Piter kepada Bisnis.