Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Andalkan Komunitas Ibu-Ibu, Siasat BTPN Syariah (BTPS) Raup Potensi Pasar Ultramikro

BTPN Syariah (BTPS) merupakan satu-satunya perbankan yang berfokus pada pembiayaan tanpa agunan kepada masyarakat prasejahtera produktif.
Nasabah BTPN Syariah yang tergabung dalam Sentra Sakura di Kendari, Sulawesi Tenggara sedang menggelar pertemuan rutin pada Kamis (25/5/2023). / Bisnis Indonesia - Fahmi Ahmad Burhan
Nasabah BTPN Syariah yang tergabung dalam Sentra Sakura di Kendari, Sulawesi Tenggara sedang menggelar pertemuan rutin pada Kamis (25/5/2023). / Bisnis Indonesia - Fahmi Ahmad Burhan

Bisnis.com, KENDARI — PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) menjajal bisnis perbankan dengan menyasar pasar ultramikro yang besar di Indonesia. Dalam meraup pasar tersebut, BTPN Syariah mengandalkan strategi dengan menggaet komunitas perempuan di berbagai daerah. 

Bank syariah hasil pemisahan atau spin-off unit usaha syariah (UUS) dari PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) ini merupakan satu-satunya perbankan yang berfokus pada pembiayaan tanpa agunan kepada masyarakat prasejahtera produktif.

Corporate & Marketing Communications BTPN Syariah Ainul Yaqin mengatakan perseroan menyasar pasar tersebut karena potensinya yang besar. Masyarakat prasejahtera produktif di Indonesia mencapai 45 juta orang. sedangkan 23 juta di antaranya adalah perempuan.

Pekerjaan kelompok masyarakat tersebut yakni berdagang, produksi, hingga beternak. "Kebutuhan mereka pun sederhana, untuk makan sehari-hari, pendidikan anak, hingga perbaikan tempat tinggal," katanya dalam Media Kitchen Tour pada Kamis (25/5/2023) di Kendari.

Akan tetapi, segmen pasar tersebut mempunyai risiko pembiayaan yang tinggi. Untuk menggaet segmen pasar tersebut, perseroan mengandalkan strategi salah satunya menggaet komunitas.

Emiten bank berkode BTPS ini menggunakan metode pembiayaan secara berkelompok. Nasabah yang ingin mendapatkan pembiayaan dari BTPN Syariah mesti masuk ke dalam kelompok atau sentra. 

Satu sentra biasanya terdiri dari 8 orang dan memiliki anggota yang dipilih secara mandiri. Sentra tersebut dipimpin oleh ketua sentra yang juga dipilih sendiri oleh anggota. Hingga saat ini sudah ada 256.000 kelompok ultramikro atau sentra yang tersebar di 2.600 kecamatan di Indonesia.

Setiap sentra kemudian didampingi oleh community officer atau petugas terlatih dan mengadakan pertemuan wajib secara rutin. Dengan begitu, risiko pembiayaan bisa ditekan.

Perseoran juga memberikan pendampingan dan pelatihan kepada nasabahnya. Nasabah mendapat pemahaman lebih terkait pengelolaan keuangan hingga strategi pemasaran dalam mengembangkan usaha kecilnya.

"Ibu-ibu juga bahkan diberikan informasi terkait kesehatan dengan tujuan mereka bisa meningkatkan kapasitas dirinya, tidak hanya kapasitas usahanya," ujar Ainul.

Salah satu sentra yang ada di Kendari, Sulawesi Tenggara adalah Sentra Sakura. Sentra tersebut telah berdiri sejak 2015 dan saat ini terdiri dari 11 anggota.

Nurhaeni (54 tahun) bercerita telah mendapatkan pembiayaan dari BTPN Syariah sebesar Rp3 juta setelah bergabung dengan Sentra Sakura. Dana yang telah dia dapatkan digunakan untuk mengembangkan usaha makanan di kantin SD. 

Penghasilan yang didapatkan dari usaha itu digunakan untuk membantu membiayai sekolah anak-anaknya. Sebelum bergabung dengan sentra, dia biasa membayar sekolah anak dengan meminjam dana di koperasi simpan pinjam.

"Sekarang ada usaha sehari-hari, bisa lepas dari utang koperasi. Sudah cukup bisa membiayai sekolah anak," katanya saat ditemui di Kendari.

Ekarni (36 tahun) juga tergabung dengan Sentra Sakura di Kendari. Dia bergabung dengan sentra pada 2015 dan mendapatkan pembiayaan Rp3 juta. Dana tersebut dipakai untuk usaha makanan pinggir jalan.

Usahanya bisa menambah penghasilan keluarga. "Saya jualan ayam geprek dalam sehari bisa terjual 44 potong ayam, satu porsi harganya Rp10 ribuan," tutur Ekarni.

Strategi menggaet komunitas terkecil itu pun membuahkan hasil. BTPS telah meraup 4,25 juta nasabah ultramikro. 

Per kuartal I/2023, BTPN Syariah telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp11,82 triliun, naik 11 persen secara tahunan (year on year/yoy). Aset bank pun tumbuh 15 persen yoy menjadi Rp22,11 triliun pada kuartal I/2023.

Tercatat, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) gross BTPS mencapai 3 persen per Maret 2023. Pada periode yang sama, NPF net mencapai 0,5 persen.

Dari sisi pendanaan, BTPS telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp12,76 triliun per kuartal I/2023, naik 16 persen yoy. BTPN Syariah juga telah mengumumkan raihan laba bersih selama tiga bulan pertama 2023 Rp424,67 miliar, naik 3 persen yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper