Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan asuransi jiwa pelat merah, PT BNI Life Insurance atau BNI Life menyatakan akan tetap mempertahankan investasi di instrumen obligasi sebagai racikan strategi investasi perusahaan. Hal itu seiring dengan Bank Indonesia (BI) yang mengumumkan untuk tetap menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen.
Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan menilai dengan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan tersebut maka memperlihatkan bank sentral percaya bahwa inflasi dan nilai tukar rupiah cenderung stabil terkendali ke depannya.
“Kami akan tetap mempertahankan alokasi investasi kami yang cenderung dominan pada instrumen obligasi, terutama obligasi pemerintah,” kata Eben kepada Bisnis, Jumat (23/6/2023).
Sampai dengan posisi Mei 2023, instrumen Surat Berharga Negara (SBN) di BNI Life tercatat naik 47,36 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp8,93 triliun dari periode yang sama 2022 sebesar Rp6,06 triliun.
Di samping itu, obligasi korporasi juga naik dari Rp2,61 triliun menjadi Rp2,92 triliun atau meningkat 11,75 persen yoy. Di sisi lain, instrumen reksa dana terpantau turun 21,66 persen yoy dari Rp8,72 triliun menjadi Rp6,83 triliun.
Sementara itu, Eben mengungkapkan bahwa investasi pada produk unit-linked akan tetap sesuai dengan pilihan nasabah pada unit-linked berbasis saham, obligasi, campuran, atau pasar uang.
Baca Juga
Adapun menjelang tahun politik, BNI Life meyakini perhelatan pilpres 2024 tidak berpengaruh pada kinerja perusahaan asuransi jiwa.
Jika berkaca pada pengalaman pemilu sebelumnya, dia menilai selama proses pemilu kondusif, aman, dan terkendali, dan kinerja industri relatif stabil.
“Biasanya di tahun politik, uang beredar meningkat, ada peluang untuk meningkatkan penjualan premi produk-produk asuransi,” tutupnya.